HomeBelajar PolitikGlobal Gag Rule Diberlakukan Kembali

Global Gag Rule Diberlakukan Kembali

Setiap tahunnya, Amerika Serikat menghabiskan sekitar US 600 juta pada bantuan internasional untuk program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.


pinterpolitik.comSelasa, 24 Januari 2017.

WASHINGTON – Salah satu keputusan penting diambil Donald Trump setelah menduduki Gedung Putih: memberlakukan kembali The Global Gag Rule. Apa itu Global Gag Rule?

Aturan yang dikenal juga dengan sebutan The Mexico City Policy ini adalah ketentuan bagi semua lembaga organisasi non-pemerintahan (Non-Governmental Organizations/NGOs) di seluruh dunia yang mendapat pendanaan dari pemerintah AS untuk menghentikan aktivitas mendukung dan mempromosikan aborsi untuk menekan angka pertumbuhan penduduk. Dengan kata lain aturan ini menentang penggunaan aborsi untuk mengontrol angka kelahiran.

Global gag rule pertama kali dilaksanakan pada masa pemerintahan republikan di bawah Presiden Ronald Reagan pada tahun 1984, sempat dibatalkan oleh Bill Clinton dari Demokrat pada tahun 1993, disahkan kembali oleh republikan George W. Bush pada Januari 2001, dan dibatalkan kembali oleh Barack Obama pada tahun 2009. Saat ini, ketika seorang republikan berkuasa, aturan ini diberlakukan lagi. Global gag rule seolah menjadi permainan oper-operan antara Partai Republik dan Demokrat.

Kebijakan ini diputuskan Trump dua hari setelah jutaan orang – kebanyakan dari mereka adalah kaum perempuan – memprotes Trump.

Setiap tahunnya, Amerika Serikat menghabiskan sekitar US 600 juta pada bantuan internasional untuk program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Jumlah ini memungkinkan bagi 27 juta perempuan dan pasangan untuk mengakses layanan dan perlengkapan kontrasepsi. Namun, tak sepeserpun uang dari jumlah itu digunakan untuk praktik aborsi.

Lembaga riset kesehatan seksual, Guttmacher Institute mencatat bahwa di beberapa tempat keberadaan Global gag rule menyebabkan banyak klinik kesehatan wanita yang dipaksa untuk berhenti beroperasi dan bahkan tidak sedikit yang diminta untuk ditutup. Sebagian diminta untuk menolak akses perempuan untuk mendapatkan akses kesehatan reproduksi yang aman dan bahkan menghambat upaya pencegahan HIV.

Baca juga :  Kenapa The Economist Dukung Kamala?

Kebijakan ini memiliki implikasi yang parah dan bisa mematikan bagi perempuan dan anak perempuan di negara-negara berkembang dan zona konflik, yang sering menggunakan metode berbahaya untuk melakukan aborsi. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa lebih dari 21 juta wanita dalam setahun melakukan aborsi tidak aman di negara-negara berkembang, dan menjadi penyebab sekitar 13 persen dari semua kematian ibu dan perempuan.

Kebijakan inilah salah satunya yang membuat banyak perempuan ikut dalam aksi protes dan demo menolak Trump. Namun, seakan tak bergeming, Trump tetap menghidupkan kembali aturan yang sempat dicabut oleh Obama ini.

Banyak orang yang mulai memprediksi dan meraba-raba apa hal lain yang akan dilakukan oleh Trump. Apakah ia akan sama dengan pendahulu-pendahulu republikan-nya, atau punya garis politik sendiri. Satu hal yang pasti, Global gag rule telah kembali berlaku, seperti halnya presiden-presiden AS lain dari partai Republik. (Huffpost/S13)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Rahasia Triumvirat Teddy, AHY, dan Hegseth?

Dengarkan artikel ini: Dibuat dengan menggunakan AI. Terdapat kesamaan administrasi Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump dengan Presiden Prabowo Subianto, yakni mempercayakan posisi strategis kepada sosok...

Betulkah Jokowi Melemah? 

Belakangan mulai muncul pandangan bahwa pengaruh politik Jokowi kian melemah, hal tersebut seringnya diatribusikan dengan perkembangan berita judi online yang kerap dikaitkan dengan Budi Arie, dan kabar penangguhan jabatan doktor Bahlil Lahadalia, dua orang yang memang dulu disebut dekat dengan Jokowi. Tapi, apakah betul Jokowi sudah melemah pengaruhnya? 

Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?

Dua negara menjadi tujuan utama Prabowo saat melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya pasca dilantik sebagai presiden: Tiongkok dan Amerika Serikat.

Paloh Pensiun NasDem, Anies Penerusnya?

Sinyal “ketidakabadian” Surya Paloh bisa saja terkait dengan regenerasi yang mungkin akan terjadi di Partai NasDem dalam beberapa waktu ke depan. Penerusnya dinilai tetap selaras dengan Surya, meski boleh jadi tak diteruskan oleh sang anak. Serta satu hal lain yang cukup menarik, sosok yang tepat untuk menyeimbangkan relasi dengan kekuasaan dan, plus Joko Widodo (Jokowi).

Prabowo, Kunci Kembalinya Negara Hadir?

Dalam kunjungan kenegaraan Prabowo ke Tiongkok, sejumlah konglomerat besar ikut serta dalam rombongan. Mungkinkah negara kini kembali hadir?

Prabowo dan “Kebangkitan Majapahit”

Narasi kejayaan Nusantara bukan tidak mungkin jadi landasan Prabowo untuk bangun kebanggaan nasional dan perkuat posisi Indonesia di dunia.

Prabowo & Trump: MAGA vs MIGA? 

Sama seperti Donald Trump, Prabowo Subianto kerap diproyeksikan akan terapkan kebijakan-kebijakan proteksionis. Jika benar terjadi, apakah ini akan berdampak baik bagi Indonesia? 

The War of Java: Rambo vs Sambo?

Pertarungan antara Andika Perkasa melawan Ahmad Luthfi di Pilgub Jawa Tengah jadi panggung pertarungan besar para elite nasional.

More Stories

Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?

Dua negara menjadi tujuan utama Prabowo saat melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya pasca dilantik sebagai presiden: Tiongkok dan Amerika Serikat.

The War of Java: Rambo vs Sambo?

Pertarungan antara Andika Perkasa melawan Ahmad Luthfi di Pilgub Jawa Tengah jadi panggung pertarungan besar para elite nasional.

Hype Besar Kabinet Prabowo

Masyarakat menaruh harapan besar pada kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.