HomeBelajar PolitikGenerasi Optimis Timbun Grace Natalie

Generasi Optimis Timbun Grace Natalie

“Manusia dapat membuat yang mati jadi berbicara dan para ahli pun menyetujui sampai memberikan gelar dan ruangan khusus di rumah Sakit Jiwa.”


PinterPolitik.com

[dropcap]D[/dropcap]aun telingaku menggeliat tanpa henti, kulit dahiku pun mengkerut ikut menyertai. Entah mengapa kemampuanku berbicara dengan benda mati mendadak hidup kembali.

Aku sangat yakin ini semua karena aliran nada itu! Ya, aliran nada yang berasal dari lubang-lubang speaker gadget temanku. Nada yang dipenuhi dengan kata-kata itu menari-nari dengan erotis bersama dengan gelombang frekuensi. Nada yang berintonasi bagai gemericik hujan di pagi hari masuk tanpa permisi ke dalam lubang telingaku. Tanpa izin, nada itu pun langsung mengelus kedua gendang telingaku.

Oh menyesal sekali rasanya pagi itu aku tidak menyempal gendang telingaku dengan earphone. Jika saja saat itu aku membawa earphone dan menggunakannya, dipastikan kemampuanku berbicara dengan benda mati dan nakalnya nalarku tidak kembali liar tergiring gombalan para politisi.

Apakah kalian tahu alunan nada erotis yang penuh dengan kata-kata seperti apa yang dapat mengugah potensi berbicaraku dengan benda mati? Jika kalian tidak tahu, mari sini kuberi tahu sepotong kata ironis yang dapat mebuat nalarku menjadi liar.

Berikut sepenggal kata-kata yang berhasil membangkitkan kemampuanku berbicara dengan benda mati. Harapanku kalian tidak tertular setelah membacanya:

“Kita adalah generasi optimis yang melihat orang atau negara lain sebagai kesempatan atau peluang untuk kerja sama, kolaborasi! Kita selalu berpikir gimana caranya fashion diterima di Paris, musik kita digandrungi di New York, dan animasi kita bisa diputar di bioskop dunia! Itulah perbedaan generasi optimis dengan  generasi sontoloyo dan genderuwo!”

Apakah setelah kalian membaca sepenggal kata-kata itu, kemampuan berbicara dengan benda mati sudah mulai hidup kembali?

Baca juga :  Berani Prabowo Buka Pandora Papers Airlangga?

Entah mengapa, kata-kata itu bereaksi sangat luar biasa dalam diriku ini. Apakah karena aku terlalu benci dengan narasi yang hanya sekedar narasi? Kosong, hampa, memang luarnya nampak berwarna, tapi setelah kupahami, realitanya itu hanya monokrom, hitam dan putih wujudnya.

Mengapa aku terlalu pesimis saat mendengar rangkaian kata yang sebenarnya bisa menggugah jiwa? Apakah ini semua karena aku bagian dari kelompok sontoloyo dan genderuwo? Atau aku terlalu terpengaruh dengan jawaban cangkir yang kuajak bicara setelah nada gadget itu berusaha mengubah logika?

Memang setelah kumendengar nada yang penuh dengan kata-kata itu, diriku langsung mengajak cangkir bercengkrama. Begini dialognya:

Aku: “Hai cangkir, kemampuanku kembali! Apa sih sebenarnya yang aku dengar tadi?”

Cangkir: “Masa sih kamu tidak tahu? Narasi itu mengatakan secara tidak langsung seperti ini: Gabunglah bersama kami! Bersama partai optimis yang pragmatis, penuh dengan dongeng gerakan progresif! Ayo imankan dalam batinmu untuk berhimpun dan dukung barisan Borjuis!”

Aku: “Wah, lantas bagaimana seharusnya sikapku ini cangkir?”

Cangkir: “Tidak usah banyak bersikap karena kebenaran akan mencari jalan pulangnya sendiri! Bau busuk bangkai pasti akan tercium nanti.”

Aku: “Terima kasih cangkir, aku akan duduk dan melihat sampai akhir para elite politik basa basi seperti ini! Dan di luar itu akan tetap kupersiapkan gerakan alternatif yang nantinya akan menyelisik. Karena mereka-mereka yang berbicara itu sepertinya hanya menjual wajahnya biar bisa dipilih. Aslinya sama saja.” (G35)

 

spot_imgspot_img

#Trending Article

Kok Megawati Gak Turun Gunung?

Ketua Umum (Ketum) PDIP, Megawati Soekarnoputri hingga kini belum terlihat ikut langsung dalam kampanye Pilkada. Kira-kira apa alasannya? 

Berani Prabowo Buka Pandora Papers Airlangga?

Ramai-ramai bicara soal kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) 12 persen yang disertai dengan protes di media sosial, tiba-tiba juga ramai pula banyak akun men-share kembali kasus lama soal nama dua pejabat publik – Airlangga Hartarto dan Luhut Pandjaitan – yang di tahun 2021 lalu disebut dalam Pandora Papers.

“Sekolam” Ahok, Kesaktian Anies Luntur?

Keputusan Anies Baswedan meng-endorse Pramono Anung-Rano Karno di Pilkada Jakarta 2024 memantik interpretasi akan implikasi politiknya. Utamanya karena Anies pada akhirnya satu gerbong dengan eks rivalnya di 2017 yakni Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan PDIP serta tendensi politik dinasti di dalamnya, termasuk yang terjadi pada Pramono.

Siasat Prabowo Akui Sengketa LCS

Pemerintahan Prabowo disorot karena ‘akui’ klaim tumpang tindih LCS dalam joint statement Tiongkok. Mungkinkah ada siasat strategis di baliknya?

Rahasia Triumvirat Teddy, AHY, dan Hegseth?

Terdapat kesamaan administrasi Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump dengan Presiden Prabowo Subianto, yakni mempercayakan posisi strategis kepada sosok berpangkat mayor. Kiranya, terdapat rahasia tertentu di balik kesamaan itu yang dapat mendukung support dalam dimensi tertentu ke pemerintahan masing-masing. Mengapa demikian?

Anies Di-summon PKS!

Ahmad Syaikhu in a battle against Dedi be like, “I summon Anies Baswedan!”  #Anies #AniesBaswedan #PilkadaJawaBarat #AhmadSyaikhu #IlhamHabibie #PKS #pinterpolitik #infografis #politikindonesia #beritapolitik #beritapolitikterkini

Betulkah Jokowi Melemah? 

Belakangan mulai muncul pandangan bahwa pengaruh politik Jokowi kian melemah, hal tersebut seringnya diatribusikan dengan perkembangan berita judi online yang kerap dikaitkan dengan Budi Arie, dan kabar penangguhan jabatan doktor Bahlil Lahadalia, dua orang yang memang dulu disebut dekat dengan Jokowi. Tapi, apakah betul Jokowi sudah melemah pengaruhnya? 

Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?

Dua negara menjadi tujuan utama Prabowo saat melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya pasca dilantik sebagai presiden: Tiongkok dan Amerika Serikat.

More Stories

Rocky Gerung Seng Ada Lawan?

“Cara mereka menghina saja dungu, apalagi mikir. Segaris lurus dengan sang junjungan.” ~ Rocky Gerung PinterPolitik.com Tanggal 24 Maret 2019 lalu Rocky Gerung hadir di acara kampanye...

Amplop Luhut Hina Kiai?

“Itu istilahnya bisyaroh, atau hadiah buat kiai. Hal yang lumrah itu. Malah aneh, kalau mengundang atau sowan ke kiai gak ngasih bisyaroh.” ~ Dendy...

KPK Menoleh Ke Prabowo?

“Tetapi kenyataannya, APBN kita Rp 2.000 triliun sekian. Jadi hampir separuh lebih mungkin kalau tak ada kebocoran dan bisa dimaksimalkan maka pendapatan Rp 4.000...