Tubuh ini boleh dipenjara, tetapi tidak dengan pemikiran dan kreatifitasku
-Basuki Tjahaja Purnama
PinterPolitik.com
[dropcap size=big]S[/dropcap]idang mantan Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengenai penistaan agama sudah mencapai akhir nya kemarin (9/5/2017), dengan vonis hukuman dua tahun untuk mantan orang nomor satu Jakarta ini. Banyak reaksi bermunculan dari keputusan ini baik di media sosial maupun melalui media massa, elektronik maupun cetak. Reaksi tersebut ada bersyukur, terutama untuk kelompok Kontra-Ahok yang melihat sisi keadilan dari putusan ini. Sementara banyak yang menolak dan memutuskan untuk protes melawan ketidakadilan putusan hakim ini. Mulai dari lilin, sampai pada gerakan protes secara kreatif melalui paduan suara di Balai Kota, inilah bentuk-bentuk amarah Ahokers pada keputusan vonis Ahok ini.
Candlelight Vigil
Tanggal 9 Mei 2017 malam, Ahokers yang marah melakukan protes dengan berkumpul di depan Penjara Cipinang, tempat Ahok dibawa setelah vonis pengadilan dijatuhkan. Mereka melakukan protes karena kesewenang-wenangan hakim terhadap vonis Ahok yang dianggap tidak tepat. Lilin pun menjadi sarana untuk mereka menyampaikan amarah mereka, bukan dengan kekerasan. Berikut di bawah ini adalah salah satu cuitannya
Protes terhadap Vonis Ahok dengan Menyanyi
Addie MS, komposer dan dirigen kenamaan Indonesia, yang memutuskan untuk ‘menghibur diri’ secara kreatif melalui musik dan paduan suara. Untuk Addie MS, acara paduan suara Balai Kota ini bukan semata-mata untuk Ahok, tetapi sebagai bentuk protesnya yang konstruktif. CNN Indonesia mengutip pendapatnya, “saya ingin nyanyi-nyanyi daripada teriak-teriak di jalan.”
Acara paduan suara ini adalah kelanjutan dari pesan berantai di jejaring sosial WhatsApp yang menyatakan ajakan dari Addie MS untuk berkumpul di Balai Kota pada Rabu (10/5/2017) pukul enam pagi. Pesan yang beredar pasca penetapan vonis dua tahun untuk Ahok itu mencantumkan pertemuan tersebut akan menyanyikan beberapa lagu, yaitu Indonesia Pusaka, Rayuan Pulau Kelapa, Garuda Pancasila, dan Maju Tak Gentar,
“Dengan lagu perjuangan ini, mudah-mudahan bisa menyadarkan kita semua. Bisa jadi ini skenario dari luar untuk membuat Indonesia pecah. Jadi ini cara spontan saya, karena saya cuma bisa ngamen,” ujar Addie.
Tentang lagu-lagu yang diusulkan oleh Addie MS, ia menyatakan bahwa ketiga lagu tersebut digunakan untuk mengingatkan kembali masyarakat akan Indonesia yang beraneka ragam.
Rayuan Pulau Kelapa, menurut Addie, menggambarkan kekayaan sumber daya alam yang berlimpah dan mesti dijaga lewat persatuan. Sedangkan Garuda Pancasila dipilih agar semangat Pancasila tetap tertanam dalam masyarakat Indonesia. “Supaya masyarakat lebih cinta bangsa yang amat beragam ini. Indonesia tidak sama dengan negara lain yang seragam. Indonesia punya banyak suku dan agama,” tutur Addie. “Mari menerima perbedaan sebagai anugerah, buang ambisi kotor dan jangan merusak apalagi agama dimainkan untuk Pilkada sampai orang berhenti berpolitik.”
Untuk itulah, banyak orang menyuarakan rasa terima kasih mereka kepada Addie MS, terutama karena telah bersusah payah untuk menyatukan mereka yang hampir terpecah-pecah, bahkan apatis karena vonis Ahok ini. Berikut di bawah ini adalah cuitannya.
Rasa terima kasih juga disampaikan oleh Djarot kepada Addie MS. Ia menyatakan bahwa acara ini menggugah kembali rasa nasionalismenya. Seperti sebagian besar warga yang hadir, Djarot tidak bisa menahan lelehan airmata ketika menyanyikan lagu Indonesia Raya, Rayuan Pulau Kelapa, dan Mars Pancasila.
Ia mengaku aksi tersebut membuatnya semakin mencintai Indonesia. “Mudah-mudahan rasa nasionalisme yang teman-teman gaungkan itu bisa menjadi hal yang memperkuat, mempertebal nasionalisme bagi warga Jakarta dan rakyat Indonesia,” ungkapnya.
Gerakan ini rupanya juga menghibur hati para Ahokers yang sedih dan kehilangan semangat. Mereka kembali mempunyai semangat dan terus memberikan dukungan mereka pada Ahok. Hal ini terlihat pada cuitan berikut.
Gerakan menyanyi ini juga digunakan para Ahokers Untuk mendukung Gubernur Plt Djarot Saiful Hidayat, terutama semangat dan dukungan untuk Djarot agar ia tetap kuat, teguh, dan bersemangat dalam menjalani tugasnya. Di dalam kesempatan ini, ia berpidato di depan para Ahokers untuk menyampaikan pesan Ahok kepada para pendukungnya.
“Oleh karena itu tadi malam saya bertemu Pak Ahok, saya berdiskusi dengan Pak Ahok dan beliau berpesan pada saya, yang harus saya sampaikan pada kalian bahwa kita menghormati, kita menghargai apa pun yang jadi keputusan majelis hakim,” jelas Djarot. “Tapi perjuangan belum selesai. Biar majelis hakim yang mempertanggungjawabkan itu, bukan hanya pada umat manusia, tapi saya yakin juga akan pertanggungjawabkan pada Tuhan YME,” ucapnya.
Melalui aksi simpatik ini, Djarot mengimbau kepada warga untuk menjaga ketertiban. Tidak lupa, Djarot mengajak warga berdoa untuk kesehatan Ahok yang ditahan. “Marilah dukungan ini kita sampaikan secara baik dan simpati. Jaga keamanan dan ketertiban dan tetap berdoa pada Tuhan YME supaya Pak Ahok dan keluarga diberi ketabahan dan kesehatan,” tutupnya.
Djarot yang menangis saat menyampaikan pidato pun semakin menjadi dorongan bagi para Ahokers untuk tetap bersemangat dan mendukung Djarot dengan sepenuh hati. Berikut di bawah ini adalah cuitannya
Netizen Melihat Vonis 2 Tahun Ahok
- Mereka yang Kontra-Ahok
Banyak orang yang tampaknya tidak menyukai gerakan persatuan yang ditampilkan oleh para Ahokers. Tidak semua orang juga menyukai gerakan paduan suara di Balai Kota ini. Hal ini membawa kita pada fakta bahwa menuju persatuan yang hakiki itu sulit. Masih banyak perbedaan pendapat terjadi antara Ahokers dan Kontra-Ahok. Contohnya, banyak orang yang membenci Ahok melihat bahwa tangisan Djarot saat pidato sebagai pencitraan Djarot semata. Berikut dibawah ini adalah cuitannya.
- Teman Ahok dan Masyarakat yang Menangis
Banyak Teman Ahok dan masyarakat yang menangis karena mereka sayang pada Ahok dan merasa iba padanya.
Layar Hitam di Twitter sebagai tanda berduka cita untuk Ahok
Cuitan kekecewaan atas vonis Ahok dari masyarakat Pendukung Ahok