HomeBelajar PolitikAir Mata Ibu Pertiwi Sebagai Refleksi Hari Ibu Nasional

Air Mata Ibu Pertiwi Sebagai Refleksi Hari Ibu Nasional

Ibu pertiwi mungkin akan menangis melihat anak-anaknya tidak bisa lagi saling menjaga dan mengayomi antara yang mayoritas dan minoritas.


pinterpolitik.comJumat, 23 Desember 2016.

Siang kemarin, saat makan siang bersama teman-teman di kantor, saya teringat sebuah kisah yang diceritakan oleh guru SD saya dulu. Kisah itu tentang burung pelikan, burung yang makanan sehari-harinya adalah ikan. Konon, bila sedang kesulitan memperoleh ikan untuk dimakan, burung pelikan akan menggunakan paruhnya untuk menyobek dadanya dan memberikan darahnya untuk makanan anak-anaknya. Mungkin terdengar mengerikan, tetapi demikianlah pengorbanan induk pelikan, pengorban seorang ibu pada anak-anaknya.

Kemarin, 22 Desember 2016, kita memperingati Hari Ibu Nasional. Sosok ibu adalah pribadi yang tak tergantikan dalam hidup setiap orang. Ibu melahirkan, mendidik, dan memberikan kehidupan bagi setiap anaknya. Oleh karena itu, kalau belum memberikan ucapan selamat dan terima kasih untuk ibu masing-masing, baiklah di hari yang spesial ini kita memberikan ucapan tersebut kepada ibu kita masing-masing. Tanpa ibu kita tidak akan mungkin mampu menjalani kehidupan dan menjadi orang yang seperti sekarang ini.

Lalu bagaimana dengan ‘Ibu pertiwi’ kita, Indonesia yang tercinta? Beberapa hari terakhir, pemberitaan dipenuhi dengan kisah penangkapan teroris dan juga beberapa kasus korupsi. Di beberapa tempat kita juga menyaksikan bencana alam, misalnya banjir yang terjadi di Bima, NTB, serta angin ribut di NTT yang sempat memutus hampir semua jalur komunikasi ke sana. Mungkin baik juga di momen peringatan Hari Ibu Nasional ini dan sekaligus juga di penghujung akhir tahun, kita merefleksikan kembali perjalanan ibu pertiwi ini selama hampir satu tahun.

Sepanjang hari kemarin kita menyaksikan berita penangkapan dan penggerebekan teroris di Tangerang Selatan dan di Deli Serdang, Sumatera Utara. Para teroris tersebut sedang menyiapkan aksi untuk membuat kekacauan di akhir tahun ini. Peristiwa-peristiwa tersebut membuat banyak orang bertanya-tanya: apakah tahun ini kita dapat merayakan Natal dan tahun baru dengan aman tanpa rasa takut?

Baca juga :  Indonesia First: Doktrin Prabowo ala Mearsheimer? 

Jika ibu pertiwi punya nyawa, pasti ia akan menangis melihat apa yang terjadi di negeri ini. Korupsi terjadi di mana-mana, kekerasan seolah tidak pernah berhenti terjadi, ketidakadilan di hadapan hukum menimpa orang-orang yang lemah, belum lagi soal politik yang seperti membuat sesama warga negara menjadi musuh satu dengan yang lain. Ibu pertiwi tentu akan menitikkan air mata melihat putra-putrinya gontok-gontokan berebut kekuasaan. Ibu pertiwi akan menangis melihat putera-puterinya tidak bisa hidup berdampingan dalam toleransi dan sikap saling berbagi.

Dunia politik menjadi dunia yang tidak pernah sepi pemberitaan apalagi di saat sekarang ketika sikap sadar politik cukup tinggi di antara masyarakat Indonesia. Mulai dari restoran bintang lima di Jakarta, hingga angkringan di pinggir kali Code di kota Yogyakarta, semua orang memperbincangkan masalah politik. Politik menjadi begitu ‘wah’, sementara hal lain seolah terpinggirkan.

Memang tidak dapat dipungkiri, politik adalah jalan untuk mencapai kekuasaan. Namun, seringkali para politisi begitu sibuk ‘berpolitik’ dan melupakan bagaimana kondisi riil masyarakat. Di balik gedung-gedung pencakar langit kota Jakarta, masih ada orang – yang ketika malam datang – tidur di pinggir-pinggir jalan. Masih banyak orang yang makan dengan mengais tong-tong sampah di sekitar restoran-restoran mewah.

Sementara itu, banyak politisi yang lebih sibuk dengan urusannya sendiri dan tidak mempedulikan masyarakat yang menderita di sekitarnya. Para politisi begitu sibuk mengatur langkah politik yang akan diambilnya, sibuk mengatur strategi untuk menghadapi lawan politiknya, dan sibuk mengatur cara agar dapat terpilih lagi di periode berikutnya atau bahkan mengatur strategi bagaimana caranya melakukan korupsi tanpa terdeteksi penegak hukum dan KPK.

Mungkin ibu pertiwi akan menangis melihat semua masalah ini. Ibu pertiwi mungkin akan menangis menyaksikan anak-anaknya sudah mulai melupakan sesamanya. Ibu pertiwi mungkin akan menangis jika melihat ibu-ibu marah-marah di jalan pada polisi karena tidak mau ditilang.

Baca juga :  Hype Besar Kabinet Prabowo

Ibu pertiwi juga mungkin akan menepuk dadanya melihat anak-anak di negara ini tidak bisa sekolah dengan aman dan nyaman. Ibu pertiwi juga mungkin akan menangis melihat anak-anaknya tidak bisa lagi saling menjaga dan mengayomi antara yang mayoritas dan minoritas. Ibu pertiwi tentu saja akan menangis melihat anak-anaknya sudah mulai tak saling peduli lagi.

Pada momen peringatan hari Ibu Nasional, marilah kita sejenak merefleksikan perjalanan bangsa dan negara. Apa yang sudah kita lakukan untuk ibu pertiwi? Jangan-jangan kita lebih banyak melukai hati ibu pertiwi. Kita mungkin lebih banyak melukai sesama dan menutup mata pada keadaan di sekitar kita. Sudahkah kita mengasihi ibu pertiwi seperti kita mengasihi ibu kandung kita? Sudahkah kita mengasihi sesama kita?

Tentang ibu, George Washington pernah bilang: “My mother was the most beautiful woman I ever saw. All I am, I owe to my mother. I attribute my success in life to the moral, intellectual and physical education I received from her.” Ibulah yang membuat kita menjadi seperti apa kita sekarang ini. Kasih ibu itu seperti pelikan yang mengorbankan dirinya demi anak-anaknya.

Di hari ibu ini mari kita mengungkapkan cinta kita pada ibu kita masing-masing. Tidak lupa pula kita juga harus mengungkapkan cinta kita pada ibu pertiwi kita Indonesia dan bertanya pada diri kita masing-masing apa yang sudah kita lakukan untuk bangsa dan negara ini. Jika belum ada, mari berbagai kebaikan kepada sesama kita.

Semoga para politisi juga tidak lupa bagaimana ibu mereka mengasihi mereka masing-masing, dan oleh karenanya membagi kasih yang sama pada sesamanya.  Musim hujan yang makin berangin ini mengingatkan saya pada lagu ‘kulihat ibu pertiwi, sedang bersusah hati’. Oleh karena itu, mari berbagi cinta pada sesama yang membutuhkan, agar ibu pertiwi tidak perlu bersusah hati lagi. Selamat hari ibu untuk semua ibu luar biasa di Indonesia.

spot_imgspot_img

#Trending Article

Menguji “Otot Politik” Andika Perkasa

Pilgub Jawa Tengah 2024 kiranya bukan bagaimana kelihaian politik Andika Perkasa bekerja di debutnya di kontestasi elektoral, melainkan mengenai sebuah hal yang juga lebih besar dari sekadar pembuktian PDIP untuk mempertahankan kehormatan mereka di kandang sendiri.

Menyoal Kabinet Panoptikon ala Prabowo

Pemerintahan Prabowo disebut memiliki kabinet yang terlalu besar. Namun, Prabowo bisa jadi memiliki kunci kendali yakni konsep "panoptikon".

Tidak Salah The Economist Dukung Kamala?

Pernyataan dukungan The Economist terhadap calon presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, jadi perhatian publik soal perdebatan kenetralan media. Apakah keputusan yang dilakukan The Economist benar-benar salah?

Ridwan Kamil dan “Alibaba Way”

Ridwan Kamil usulkan agar setiap mal di Jakarta diwajibkan menampilkan 30 persen produk lokal. Mungkinkah ini gagasan Alibaba Way?

Hype Besar Kabinet Prabowo

Masyarakat menaruh harapan besar pada kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Rahasia Kesaktian Cak Imin-Zulhas?

Dengarkan artikel ini: Audio ini dibuat menggunakan AI. Di tengah kompetisi untuk tetap eksis di blantika politik Indonesia, Zulkifli Hasan dan Muhaimin Iskandar tampak begitu kuat...

Prabowo, the Game-master President?

Di awal kepresidenannya, Prabowo aktif menggembleng Kabinet Merah Putih. Apakah Prabowo kini berperan sebagai the game-master president?

Indonesia First: Doktrin Prabowo ala Mearsheimer? 

Sejumlah pihak berpandangan bahwa Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto akan lebih proteksionis. Seberapa besar kemungkinannya kecurigaan itu terjadi? 

More Stories

Hype Besar Kabinet Prabowo

Masyarakat menaruh harapan besar pada kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Koalisi Titan: Sentripetalisme Konsensus Demokrasi Prabowo

Prabowo Subianto resmi melantik 48 menteri yang akan mengisi Kabinet Merah Putih yang dipimpinnya.

Perang Bharatayuddha Jokowi vs Megawati

Pemanggilan sosok-sosok calon menteri dan calon wakil menteri untuk kabinet Prabowo-Gibran dalam 3 hari terakhir jadi pemandangan terbaru pertarungan di level elite.