HomeCelotehMembaca “Jodoh” Ridwan Kamil di 2024

Membaca “Jodoh” Ridwan Kamil di 2024

Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil (RK) alias Kang Emil menjawab bahwa soal pencalonannya sebagai calon presiden (capres) – dan siapa yang akan mendampinginya sebagai calon wakil presiden (cawapres) – pada tahun 2024 nanti merupakan sebuah perjodohan. Bagaimanakah nasib perjodohan RK ke depannya?


PinterPolitik.com

“Pengumuman, pengumuman, siapa yang mau bantu? Tolong aku. Kasihani aku. Tolong carikan diriku kekasih hatiku. Siapa yang mau?” – Wali, “Cari Jodoh” (2009)

Mungkin, kutipan lirik lagu karya Wali di atas yang berjudul “Cari Jodoh” merupakan sebuah potongan lagu yang masih teringat segar di memori sejumlah anak generasi milenial. Bagaimana tidak? Lagu itu merupakan salah satu lagu yang sempat hits pada akhir dekade 2000-an.

Meski begitu, kisah atau isi dari lagu itu bisa saja dialami oleh mereka yang berasal dari golongan usia di luar kelompok milenial. Salah satu orang yang mungkin kini tengah melalui proses “pencarian jodoh” ini adalah Riduan Kemil (RK) yang berasal dari Nusantara di alternate universe Bumi-45.

Bagaimana tidak? Meski sudah ke sana kemari, bertemu dengan si dia dan si doi, RK belum juga mendapatkan jodoh yang pas. Boleh jadi, RK merupakan tipe orang yang pemilih. Lagipula, apa salahnya bukan menjadi pemilih ketika kita menginginkan “jodoh” yang terbaik?

Akhirnya, RK pun mengikuti sebuah acara populer di Bumi-45 yang bertajuk Take Me Out. Dalam acara tersebut, RK pun harus berusaha sebisa mungkin agar dirinya menjadi pilihan utama dan terakhir bagi pemilih yang ingin me-take RK out dari barisan para peserta.


Choky: Oke, selamat malam, pemirsa. Di sini, kita telah memiliki barisan peserta yang ingin menjadi yang terpilih dan keluar bersama pasangan barunya malam ini. Di sisi kanan saya, ada RK, Kak Ganjar, dan Anis. Di sisi kiri saya, ada Erik Tohir, Rizuma, dan Ahoque. Mereka akan memperebutkan satu hati seorang pria hari ini, yakni Mr. Suria Paloh.

Baca juga :  Prabowo-Megawati Bersatu, Golkar Tentukan Nasib Jokowi?

Suria: Selamat malam, guys. Hari ini, kalian semua saya anggap sahabat saya. Namun, hanya satu di antara kalian yang akan menjadi “adik” saya. Sebenarnya, saya sudah punya “adik” satu. Namun, beberapa saat lagi, “adik” saya ini sudah habis masa jabatannya.

Yuanita: Welcome, Suria. Okay, yang terpilih nanti bakal menjadi calon yang diutamakan oleh Pak Suria di tahun 2024. Mari kita mulai dari Kang RK. Silakan perkenalkan diri dan jelaskan mengapa Suria perlu memilih kamu.

RK: Hai, Mas Suria. Saya tidak bisa meyakinkan Mas Suria sepenuhnya bahwa aku pilihan yang benar karena semua ini sebenarnya hanya soal perjodohan. Namun, aku bisa yakinkan Mas Suria bahwa aku bakal bisa menjadi pemimpin yang baik dengan segudang pengalamanku. Aku pernah mendesain berbagai bangunan keren – bahkan masjid-masjid yang ikonik. 

Anis: Hmm, saya juga bisa membangun monumen-monumen yang kece. Di Jayakarta, misalnya, saya sudah membangun Batu Gabion yang sangat estetik. Bahkan, tidak hanya itu, saya bisa mengundang para penyandang disabilitas agar diberikan akses yang lebih baik. Apalagi, kemarin setelah ada yang dipaksa-paksa sama Bu Rizuma.

Rizuma: Lho, heh! Dosa kamu! Tega ya kamu! Masa iya bilang begitu? Dasar dan buktinya mana? Saya tidak memaksa, saya hanya meminta untuk mencoba!


Baca Juga: Ridwan Kamil Ketemu Biden?


Ahoque: Sabar, Rizuma-chan. Saya juga pernah menghadapi Mas Anis. Emang dia terkadang ngeselin.

Erik: Permisi, apakah di sini ada toilet yang gratis?

Suria: Cukup. Cukup. Biarkan saya saja yang menentukan pilihan.

(Setelah beberapa saat, pilihan yang tersisa hanyalah Anis dan RK. Keputusan kini berada di Suria.)

Suria: Baik. Setelah mempertimbangkan dengan baik-baik, saya sudah menentukan pilihan final saya. Jadi, saya memutuskan untuk memilih Mas Anis!

Baca juga :  Simpati, ‘Kartu’ Rahasia Prabowo?

Anis: Alhamdulillah! YaAllah!

RK: Lho, kok begini? Mas Suria waktu itu bilang saya kalau saya bisa ikut Konvensi Nasdem. Kok Mas Anis yang dipilih?

Suria: Kan, saya dan Mas Anis ini sudah mirip kakak-adik. Kamu gabung jadi kader aja dulu. Hehe.

RK: Yah, Mas Anis, sepertinya kita tidak bisa melanjutkan lagi kegiatan saling berbalas pantun kita seperti dulu. Sampai jumpa.

Anis: Tunggu, Emil! Saya punya ide. Bagaimana bila kamu yang mendampingi aku?

RK: Aku? Jadi cawapresmu?

The End.

(A43)

Baca Juga: Ridwan Kamil Sebenarnya Cawapres Ideal?


► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Simpati, ‘Kartu’ Rahasia Prabowo?

Prabowo meminta relawan dan pendukungnya untuk tidak berdemo agar jaga perdamaian dan tensi politik. Apakah ini politik simpati ala Prabowo?

Puan Maharani ‘Reborn’?

Puan Maharani dinilai tetap mampu pertahankan posisinya sebagai ketua DPR meski sempat bergulir wacana revisi UU MD3. Inikah Puan 'reborn'?

Kenapa PDIP PDKT ke Khofifah?

PDIP berusaha merayu dan mendekat ke Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Mengapa PDIP memutuskan untuk PDKT ke Khofifah?