“Misalnya, kunang-kunang itu adalah binatang penyaring udara. Jadi kunang-kunang itu takkan mungkin hidup kalau udara tak bersih. Coba saja kalau tak percaya. Kodok itu adalah petugas semprot alam. Pelihara saja kodok banyak, jentik akan dimakan kodok. Ketika mulai jadi nyamuk, akan dimakan kodok”. – Megawati Soekarnoputri, Ketum PDIP
Sejak Pilpres 2014 lalu, polarisasi politik sudah menjadi salah satu masalah utama dalam politik di Indonesia. Lha iya, tetangga rumah kiri kanan bisa saling benci hanya karena beda pilihan politik.
Persahabatan yang dulunya bagai kepompong – seperti lagunya Sindentosca – nggak juga menjadi kupu-kupu hanya karena satunya Jokowi dan yang lain dukung Prabowo.
Makanya, kemudian muncul analogi binatang cebong vs kampret untuk masing-masing pendukung. Belakangan kampret tersingkir dan posisinya digantikan oleh kadal gurun alias kadrun. Hmm, emang aneh ya, kenapa politik Indonesia bisa-bisanya punya analogi hewan kayak gitu.
Baca Juga: AHY Hanyalah Mangsa Pertama?
Tapi, mungkin pernyataan terbaru Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bisa jadi jawaban atas fenomena ini. Soalnya, dalam salah satu kesempatan, Mega meminta kader partainya untuk belajar dari hewan. Iyess, belajar dari hewan cuy.
Ia menyebutkan bahwa filosofi binatang itu sangat tinggi. Kunang-kunang misalnya, adalah binatang yang menunjukkan kondisi udara. Menurut Mega, kunang-kunang itu tidak akan mungkin hidup kalau udaranya tidak bersih.
Mega juga meminta kadernya belajar dari kodok yang memakan nyamuk, salah satu serangga yang bisa menjadi perantara berbagai jenis penyakit. Mega menyebut nyamuk sebagai “petugas semprot alam” – mungkin mau disamain dengan yang tukang semprot asap basmi nyamuk itu kali ya. Hehehe.
Kemudian, bisa juga belajar dari kupu-kupu yang selalu bermetamorfosis sebelum beneran jadi indah sebagai kupu-kupu dewasa.
Hmm, kalau Bu Mega yang ngomongin belajar dari hewan, berasa maklum kalau sebelum-sebelumnya jadi muncul istilah macam cebong vs kampret atau kadrun dan sejenisnya. Mungkin karena masyarakat Indonesia benar-benar mendalami filosofi hewan itu.
Mungkin yang Bu Mega lupa adalah meminta kadernya belajar dari tikus. Iyess, tikus sering diidentikkan dengan koruptor. Terutama koruptor bantuan sosial. Uppps. Hehehe.
Jadi, kayaknya kudu ditambah tikus, bu. Biar kader-kader pada sadar betapa sedihnya Bu Mega kalau sampai ada kader yang terjerat korupsi. Semoga yang kasus bansos itu cepat terbuka dengan lebar juga. Uppps. (S13)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.