“Kebajikan itu, seperti kesehatan, keselarasan seluruh manusia” – Thomas Carlyle, Sejarawan asal Skotlandia
Haduh, gengs, rasa-rasanya kok gemes lihat penanganan Covid-19 di Indonesia ini deh. Pasalnya, antar lini sering kali terlibat perbedaan data. Terbaru, kasus perbedaan data antara Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto membuat bingung kita semua.
Hal itu menyusul pernyataan Pak Terawan yang membantah data Pak Anies terkait jumlah tempat tidur rumah sakit untuk pasien Covid-19. Sebelumnya Pak Anies tuh menuturkan bahwa tempat tidur DKI Jakarta berada di ambang batas 4.053, yang berarti akan penuh jika pasien terus bertambah.
Nah ternyata, kata Pak Terawan, stok DKI Jakarta tuh sebenarnya berjumlah 4.271. Belum lagi, ditambah tempat tidur yang rencananya akan diberikan oleh Pemerintah sebesar 1.022.
Nah, gimana tuh, sob? Masa beda data antara Pak Anies dengan Pak Terawan? Ini apakah nggak ada koordinasi pusat-daerah atau gimana sih?
Pasalnya, nggak sekali ini lho keduanya terlibat perselisihan. Pada Mei kemarin, keduanya juga adu mulut soal transparansi data pasien Covid-19.
Terlepas dari data siapa yang benar, mendingan Pak Anies dan Pak Terawan nih kumpul dalam suatu forum yang khusus membahas soal data deh. Disinkronkan gitu lho maksudnya. Biar bola panas nggak menggelinding ke mana-mana sehingga publik pun nggak terbelah.
Mimin mau ngingetin aja sih, bahwa di pelosok dunia manapun, kalau sudah ada perselisihan dan perbedaan yang prinsipil begini, rata-rata akan gagal memenangi pertempuran, di manapun arenanya, mulai sepak bola sampai kekuasaan kerajaan.
Pasalnya, kita semua nih sadar bahwa di era digital begini, dalam upaya menangani biang kerok Covid-19, data merupakan senjata paling utama.
Ibarat zaman dulu, data nih sepadan dengan kebutuhan logistik perang. Sebagaimana kata Sun Tzu, si ahli strategi perang Tiongkok bahwa batas antara kacau dan teratur bergantung pada logistik.
Kalau diterjemahkan ke dalam kondisi sekarang itu jelas terbukti lho. Kekacauan semua ini berpangkal pada data yang amburadul kan, cuy?
Sudahlah ketemuan aja deh beliau berdua tuh. Lagian ini kan sudah mencekam toh suasananya di DKI Jakarta. Biarlah Pak Gubernur melakukan tindakan yang menurutnya terbaik. Jangan diriweuhi dengan tarik ulur yang jelas menghambat penanganan.
Kasihan juga sih lihat Pak Anies. Kayaknya kok dari kemarin dapat hantaman dari sana-sini. Setelah beberapa hari yang lalu dituduh politis, eh sekarang dihadang lagi nih.
Daripada bikin pusing Gubernur bekerja untuk wilayah yang jadi tanggung jawabnya, mendingan Pak Terawan fokus ngasih bantuan aja deh buat dokter dan fasilitas rumah sakit. Noh, lihat di banyak ulasan soal rasio dokter dan masyarakat, yakni satu banding 2.500.
“Nuraninya itu lho mbok ya dipakai,” Bu Tedjo said. Hehe. Apa Jangan-jangan Pak Terawan ini rombongan dari pihak yang serang Pak Anies? Upsss. (F46)