“Saya tahu tidak ada orang-orang hebat kecuali mereka yang memiliki pengabdian besar pada kemanusiaan” – Voltaire, filsuf asal Prancis
Penikmat film adaptasi dari animasi legendaris pasti nggak asing dengan karakter satu ini: Mulan. Ia seorang pendekar perempuan yang atraktif di tengah budaya kepahlawanan masyarakatnya yang didominasi laki-laki.
Selain faktor kekuatan ‘Chi’ bawaan sejak lahirnya, ia juga hebat karena benar-benar mengimplementasikan tiga kredo ksatria yang saat itu sebenarnya hanya diperuntukkan buat laki-laki, yakni loyal, brave, & true (setia, berani, dan jujur).
Masalah datang saat Mulan yang nekat masuk ke dalam barisan ksatria laki-laki harus berani ‘jujur’ mengakui identitasnya sebagai perempuan, meski ancamannya adalah pengusiran dan stereotype yang bikin malu keluarga tujuh turunan.
Syukurlah, karena ia sedari awal banyak memberi cinta dan kasih kepada teman-temannya yang laki-laki, maka ia terbebas dari sanksi, dan justru malah jadi pahlawan perang, sob. Dari sini, mimin sadar sih bahwa perhatian kepada sesama adalah kunci.
Kayaknya karakter Mulan ini kalau dalam pemerintahan mirip seperti Tito Karnavian deh – sama-sama menjadi prajurit atau ksatria. Pun, sama-sama menjadikan ‘perhatian kepada sesama’ sebagai dasar aksinya.
Lihat saja, bagaimana sosok Pak Tito yang kali ini menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri (Mendagri) dalam menyikapi kluster si biang kerok Covid-19 di tengah masyarakat. Pak Tito secara bijak menyatakan bahwa sudah saatnya kita semua ini nggak menganggap Covid-19 sebatas konspirasi atau hoaks.
Sebelum sampai pada kesimpulan solutif tersebut, ia terlebih dahulu memaparkan kajian keren, cuy – mulai dari membandingkan kondisi Indonesia sebagai negara majority low class dengan Singapura yang middle class lewat perspektif demografi, sistem politik, dan kesadaran peran warga.
Bahkan, dulu doi sampai surfing di Google untuk mencari pengetahuan tentang Covid-19 loh. Bikin melted banget kan beliau ini.
Menurut mimin, apa yang disampaikan Pak Tito benar-benar berkelas. Coba kalian bandingkan dengan statement para menteri lainnya deh kalau masih nggak percaya dengan penilaian mimin. Boro-boro berharap mereka menganalisis masalah ini secara ilmiah seperti Pak Tito, lha wong malah angkat bicara soal macam-macam – dari soal lelucon layaknya seorang istri, kalung anti-Covid-19, sampai anggapan bahwa virus Corona bisa mati di musim kemarau.
Meski begitu, mimin sih nggak heran dengan Pak Tito yang gaya taktis dan solusi cerdasnya selalu berhasil bikin melted seperti itu, cuy. Ibaratnya nih, Pak Tito itu juru selamat masyarakat Indonesia gitu loh, sob, ketika yang lainnya hanya seperti dagelan.
Secara ia memang dikenal memiliki perhatian lebih kepada masyarakat, suatu mental yang diwarisinya dari keluarga yang agamis dan profesi kepolisiannya dulu yang penuh sentuhan bareng masyarakat luas.
Ibarat karakter polisi nih, Pak Tito kayak Tris dalam film berjudul Divergent (2014). Tris merupakan aparat negara yang memiliki karakteristik lebih dibanding rekan lainnya karena, selain berani, ia juga cerdas dan perhatian kepada sesama.
Hanya saja ingat ya, Pak Tito juga harus waspada deh karena biasanya orang cerdas dan loyal di tengah pejabat yang ongkang-ongkang bisa rentan tertular atau dikucilkan. Sehat selalu ya, Pak Tito. (F46)