“Lebih mudah memperbaiki hati nurani yang buruk daripada mengatasi reputasi yang hancur” – Friedrich Nietzsche, Filsuf asal Jerman.
PinterPolitik.com
Gengs, bagi kita generesi milenial saat ini, tentu kita mengetahui ya hal-hal apa saja yang masuk dalam kategori miris dan nyakitin banget. Contoh nih, kalian udah pacaran lama banget – anggap saja sekitar lima atau tujuh tahun gitu. Eh, ladalah, pas kita komitmen jaga hati dan berhubungan long distance relation alias LDR, kok tiba-tiba doi ngirimundangan pernikahan.
Kita niat jalin hubungan serius, jaga hati, eh, ternyata ending-nya malah jagain jodoh orang. Behh, itu sakit banget kan, cuy. Pasti lah sakit meski tak berdarah. Hehehe.
Belum lagi, nanti kalau dicengin sama teman atau sahabat kita dan keluar kalimat begini, “Eh, kamu pacaran apa kredit mobil, lama banget. Udah lama pacaran, malah ditikung orang”. Hadeuh.
Nah, kondisi, sakit yang tak berdarah itu, saat ini telah melanda masyarakat di negara kita tercinta ini, cuy. Bagaimana tidak ya? Pandemi Covid-19 yang sudah merenggut ribuan nyawa yang sedang bergelayut dan menghantui kehidupan kita ini seakan tidak menjadi perhatian penting, bahkan terkesan disepelekan oleh pejabat kita.
Bagaimana tidak, cuy? Pasalnya, Kepala Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan bahwa meningkatnya kasus positif Covid-19 ini tidak menjadi masalah karena angka kematian masih tergolong rendah. Bahkan, Pak Doni mengatakan bahwa virus ini bisa menulari siapa saja. Jadi menurutnya, selama pasien positif virus Corona yang meninggal lebih rendah, maka tak ada yang perlu dipermasalahkan.
Byuh, kalimat ini menurut mimin bagai sambaran petir di suasana mendung, cuy. Bagaimana tidak? Meski kita yang selama ini was-was, takut, dan tidak tenang, dengan mudahnya Pak Doni mengatakan hal tersebut.
Hati mimin langsung tersentak dan keluar pemikiran, “Kok ya setega itu Pak Doni sampai keluar kalimat tersebut dari lidah beliau. Memang ada jaminan kalau yang meninggal tidak bertambah?”
Memang, secara rasio antara yang positif dengan yang meninggal terlihat jauh. Tetapi, jika kita sikapi dengan hati nurani, bukan berarti ini bisa disepelekan, Pak.
Ini terkait nyawa manusia loh, tidak bisa dikembalikan lagi. Kita tidak bisa beli di minimarket atau isi ulang seperti pulsa yang telah habis. Jadi, ini tidak bisa dianggap sebagai hal yang lumrah, Pak Doni.
Apa bapak tidak kasihan sama mereka yang sudah kehilangan anggota keluarga? Coba dong pak, posisikan diri bapak menjadi keluarga yang sudah menjadi korban. Apa lagi mereka yang berada dalam kondisi ekonomi menengah ke bawah, dan saat ini kehilangan tulang punggung keluarga akibat Covid-19.
Kalau boleh jujur ya, gengs, mimin saat ini itu sedang was-was banget dan memikirkan keluarga yang ada di kampung halaman. Pasalnya, baru saja kemarin, tetangga mimin ada yang meninggal dan dinyatakan positif Covid-19. Please pak, posisikan diri bapak seperti kita-kita masyarakat biasa, bukan para pejabat yang banyak mendapatkan fasilitas dari negara.
Kalau kondisinya seperti ini pak, mending kelihatannya yang ngomong di depan publik juru bicaranya saja pak. Kalau tidak begitu, mungkin dr. Reisa saja. Soalnya, melihat ketika awal dia yang memberikan keterangan, atensi masyarakat cenderung lebih positif dan advice-nya itu lebih mengena di hati masyarakat.
Lebih-lebih, Pak Doni kan mungkin capek dengan segala tanggung jawabnya, jadi biar gak salah omong seperti ini. Soalnya, serius pak, ini sangat menyakiti hati kita sebagai masyarakat biasa. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.