“Dengan gembira saya menyampaikan bahwa kami telah secara resmi menyelesaikan proses handing over atau penyerahan buronan atas nama Maria Pauline Lumowa dari pemerintah Serbia”. – Yasonna Laoly, Menteri Hukum dan HAM
PinterPolitik.com
Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly emang jadi salah satu menteri yang paling disorot beberapa waktu terakhir. Bukannya gimana-gimana ya, dengan segala kontroversi yang ada di kementeriannya, doi jadi pemuncak daftar teratas dalam hasil survei terkait siapa saja menteri kabinet saat ini yang harus direshuffle.
Contohnya dalam survei yang dirilis oleh Indonesia Political Opinion, Yasonna ada di urutan teratas dengan perolehan 64,1 persen dukungan. Iya sih dukungan, tapi dukungan buat dipecat. Uuuh. Hehehe.
Gara-garanya emang karena pidatonya Pak Jokowi beberapa minggu lalu yang bilang bahwa para menterinya masih banyak yang nggak ada sense of crisis-nya dan kerjanya belum maksimal. Iya sih, Pak Yasonna juga masuk ke kategori ini, soalnya ada Covid-19, tapi masih ribut-ribut sama DPR bahas RUU-RUU yang kontroversial.
RUU KUHP misalnya, tiba-tiba muncul lagi tuh di permukaan kala itu. Padahal, semua juga tahu bahwa RUU yang satu ini bikin mahasiswa demo dan turun ke jalan.
Nah, mungkin gara-gara kerasnya sorotan terhadap dirinya, Pak Yasonna lantas “bikin strategi” penyelamatan diri. Hal ini terlihat misalnya ketika buronan pembobol Bank BNI, Maria Pauline Lumowa yang diekstradisi dari Serbia, tahu-tahu Pak Yasonna nongol dalam salah satu foto yang beredar.
Mimin ngurus e-KTP berbulan-bulan belum jadi juga. Nasib anak rantau. 🙃 #politik #pinterpolitik #infografis https://t.co/CbLYronbC2 pic.twitter.com/d23103M8pw
— Pinterpolitik.com (@pinterpolitik) July 11, 2020
Doi terlihat nyamperin Maria di pesawat yang membawa wanita tersebut. Dan jeng-jeng, foto momen tersebut beredar luas dan jadi glorifikasi keberhasilan Pak Yasonna.
Tapi, jika menggunakan kasus yang mirip, sebetulnya penangkapan buronan dari luar negeri harus diarahkan juga pada satu lembaga lain, yaitu Badan Intelijen Negara alias BIN. Beberapa pihak memang menyebutkan bahwa kerja BIN juga harus disorot, bahkan boleh jadi diapresiasi. Soalnya, pasti ada kerja-kerja intelijen yang terlibat dalam kasus ini.
Publik mungkin masih ingat bagaimana pada tahun 2016 lalu ketika BIN berperan besar dalam penangkapan Samadikun Hartono yang merupakan terpidana kasus BLBI. Kala itu, Sutiyoso yang menjabat sebagai Kepala BIN tampil dan menunjukkan keberhasilan lembaganya.
Makanya, mengapa kali ini Pak Budi Gunawan alias BG sebagai Kepala BIN nggak ikut tampil ya? Hmm, mungkin Pak BG merasa posisinya aman ya dari reshuffle, sehingga nggak harus tampil? Atau jangan-jangan justru karena BIN nggak berkontribusi sama sekali dalam kasus ini? Uppps.
Yang jelas, kalau memang benar banyak yang bilang bahwa Pak BG punya ambisi politik untuk maju di Pilpres 2024 – walaupun isu ini sempat disebut hoaks – makin sering tampil tentu akan positif buat peluangnya. Kan publik perlu menilai keberhasilan calon yang akan dipilihnya nanti.
Tapi nggak ada yang tahu pasti juga sih. Yang jelas Pak Yasonna sudah memanfaatkan momentum dengan baik. Mungkin Pak BG perlu lebih mencari panggung lagi kali ya. Uppps. (S13)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.