Komponen Cadangan (Komcad) menjadi salah satu program yang akan dikerjakan oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto. Hal yang menarik adalah dalam menjalankan program tersebut, Prabowo berencana untuk turut melibatkan pelajar dan mahasiswa dengan membentuk program Komcad di tingkat SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Ia kemudian mencontohkan bagaimana Amerika Serikat (AS) menerapkan program Komcad di universitas-universitasnya sebagai salah satu sumber rekrutmen perwira militer.
PinterPolitik.com
Rencana ini disampaikan Prabowo dalam rapat kerja perdana antara kementeriannya dengan Komisi I DPR. Prabowo menjelaskan bahwa secara umum program Komcad yang ia canangkan bersifat sukarela alias bukan merupakan suatu wajib militer.
Mantan Komandan Jenderal Kopassus tersebut juga mengatakan bahwa ia akan bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam penerapan program Komcad di instansi-instansi pendidikan.
Sementara sejauh ini Mendikbud Nadiem Makarim mengatakan bahwa ia akan bertemu prabowo untuk membicarakan lebih lanjut rencana tersebut.
Rencana Komcad sendiri bukan merupakan hal yang baru melainkan sudah menjadi amanat dari Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara (UU PSDN-PN) yang baru disahkan bulan lalu.
Lalu bagaimana sebenarnya penerapan Komcad di dunia pendidikan AS yang ingin “dicontek” oleh Prabowo?
Komcad Amerika Serikat
Dalam dunia pendidikan AS, terdapat program Komcad yang bernama Reserve Officers’ Training Corps (ROTC).
Program ini terbagi menjadi dua, yaitu Junior-ROTC (JROTC) untuk tingkat SMA dan Senior-ROTC (SROTC) untuk tingkat perguruan tinggi.
Program ini sudah berjalan lebih dari satu abad lamanya atau tepatnya sejak tahun 1916 melalui disahkannya National Defense Act alias Undang-Undang Pertahanan Nasional.
Dalam praktiknya, ketika seorang mahasiswa, ataupun pelajar AS memilih untuk mengikuti program ini, ia tetap akan mengikuti kegiatan universitasnya seperti biasa.
Namun, selain mengambil mata kuliah umum, mahasiswa tersebut juga diharuskan untuk mengikut kelas ataupun pelatihan kemiliteran yang diselenggarakan langsung oleh militer AS.
Selain itu, selama mengikuti program ia juga harus mengikuti beberapa aturan, mulai dari bentuk potongan rambut, berat badan, hingga standar kebugaran fisik.
Perlu digarisbawahi bahwa baik JROTC maupun SROTC bersifat sukarela, yaitu pelajar maupun mahasiswa di AS tidak diwajibkan untuk mengikuti kedua program tersebut.
Untuk menarik kandidat, pemerintah AS memberikan beberapa insentif bagi pelajar dan mahasiswanya yang memilih untuk bergabung.
Bagi pelajar SMA yang mengikuti JROTC, selain akses terhadap berbagai pelatihan, mulai dari kepemimpinan hingga kebangsaan, mengikuti program JROTC juga memungkinkan mereka meraih pangkat yang lebih tinggi ketika mereka benar-benar bergabung dengan militer AS selepas SMA.
Sementara di tingkat universitas, akses pelatihan SROTC memberikan lebih banyak manfaat terutama dalam urusan finansial.
SROTC terbagi menjadi dua level, yaitu dasar (basic) dan lanjut (advanced) di mana mahasiswa yang sudah mengambil level dasar tidak diwajibkan untuk melanjutkannya ke level lanjutan.
Jika mereka memilih untuk melanjutkan dan memang memenuhi syarat untuk mengikuti level lanjutan, mereka akan mendapatkan uang saku per-bulan sebesar kurang lebih Rp 5,6 juta.
Namun, jika mahasiswa tersebut memilih untuk melanjutkan ke level lanjut, ia harus terlebih dahulu menandatangani kontrak yang akan mewajibkannya untuk bergabung dengan militer AS dan berdinas setidaknya selama delapan tahun setelah lulus dari perguruan tinggi.
Tidak berhenti di situ, mengikuti JROTC juga merupakan syarat jika mahasiswa AS ingin mendapatkan beasiswa JROTC.
Ya, beasiswa merupakan alasan utama yang menarik mahasiswa-mahasiswa AS untuk bergabung sebagai Komcad. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari mahalnya biaya perguruan tinggi di negeri tersebut.
Angka beasiswa JROTC ini sendiri bervariasi, tergantung dari universitas, jurusan, hingga angkatan militer AS mana yang membiayai beasiswa tersebut, namun angkanya sendiri bisa mencapai lebih dari Rp 1,1 miliar.
Perlu dicatat bahwa setelah lulus, mahasiswa yang sudah menerima beasiswa JROTC juga harus berdinas selama delapan tahun. Jika menolak untuk berdinas, ia diharuskan untuk mengembalikan semua beasiswa yang diterimanya selama kuliah.
Selain keuntungan finansial, mengikuti SROTC juga menguntungkan bagi mereka yang memang ingin bergabung dengan militer AS selepas perkuliahan karena mereka akan langsung dilantik sebagai perwira dengan pangkat Letnan Dua alias sama dengan mereka yang lulus dari akademi militer.
Saat ini terdapat lebih dari 3.000 SMA dan 1.700 perguruan tinggi di AS yang membuka pintu bagi program Komcad ini, termasuk universitas-universitas papan atas seperti Massachusetts Institute of Technology (MIT), Yale University, hingga Harvard.
Menurut laporan Kongres AS, pada tahun 2018 terdahap 500.000 pelajar dan 55.000 mahasiswa yang mengikuti JROTC dan SROTC.
Program JROTC sendiri menjadi salah satu sumber rekrutmen utama militer AS, di mana untuk Angkatan Darat AS misalnya, tiap tahunnya JROTC menyuplai setidaknya 65 persen dari total kebutuhan perwira.
Namun, perlu diketahui juga bahwa secara keseluruhan ROTC memakan biaya yang besar, di mana pada tahun 2019 militer AS menghabiskan total Rp 16,4 triliun.
Selain AS, ada juga beberapa negara lain seperti Inggris yang memiliki program Komcad bernama University Officers’ Training Corps (UOTC) di universitas-universitasnya, layaknya JROTC.
Dari 38 nama dan jabatan di Kabinet Indonesia Maju, Prabowo menjadi salah satu nama yang paling menarik perhatian karena mantan rival Jokowi tersebut diberi posisi Menteri Pertahanan. https://t.co/uxWygr2isk pic.twitter.com/FSFNzItQIj
Cocok Untuk Indonesia?
Pada dasarnya seluruh masyarakat Indonesia memang diwajibkan untuk terlibat dalam usaha pertahanan negara.
Hal ini tertuang dalam Pasal 27 Ayat 3 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 di mana disebutkan bahwa “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.
Pun kelompok pelajar Indonesia sudah memiliki sejarah keterlibatan dalam upaya pertahanan negara.
Pada saat itu, pelajar-pelajar di berbagai berkumpul dan membentuk organisasi yang sering dikenal dengan nama Tentara Pelajar (TP), meskipun pada akhirnya dibubarkan melalui kebijakan demobilisasi pada tahun 1951.
TNI sendiri sebenarnya sudah memiliki program yang mirip seperti ROTC meskipun skalanya jauh lebih kecil.
Program ini dikenal dengan nama Mahasiswa Beasiswa TNI yang setidaknya masih berjalan hingga tahun 2016.
Melalui program ini, TNI memberikan beasiswa terhadap mahasiswa-mahasiswa jurusan tertentu yang memenuhi syarat.
Sebagai timbal baliknya, setelah lusus mahasiswa tersebut diwajibkan untuk mengikuti seleksi Penerimaan Calon Perwira Prajurit Karier (Pa PK).
Terakhir, tidak menutup kemungkinan bahwa alasan Prabowo untuk menjadikan AS sebagai role model dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan militernya.
Ketika masih aktif berdinas pada tahun 1980-an, Prabowo pernah dua kali mengemban pendidikan militer di AS, yaitu di Fort Bragg dan Fort Benning.
Kita lihat saja seperti apa hasil pembicaraan Prabowo dengan Nadiem dan, jika benar-benar dilaksanakan, akan seperti apa program ROTC “rasa lokal” ini. (F51)
Mau tulisanmu terbit di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.