HomeCeloteh“Gajah” yang Luput dari Jokowi

“Gajah” yang Luput dari Jokowi

“Bila jatuh gajah lain membantu. Tubuhmu di situasi rela jadi tamengku,” – Tulus, Gajah


Pinterpolitik.com

Kayaknya, Indonesia di bawah Pak Jokowi ini lagi mau berusaha lebih aktif di percaturan dunia. Hal ini terungkap misalnya  ketika sang presiden ini bertemu dengan Sekjen PBB Antonio Guterres pada  KTT ASEAN ke-35 di Impact Exhibition and Convention Center, Bangkok, Thailand.

Kalau kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Pak Jokowi dan Pak Guterres kala itu membicarakan dua isu kemanusiaan besar di dunia yaitu perdamaian Palestina dan juga krisis kemanusiaan Rohingya di Rakhine State, Myanmar.

Konon, dalam pembicaraan tersebut Pak Jokowi menyampaikan kesiapan Indonesia untuk berkontribusi dalam penyelesaian masalah di kedua isu tersebut. Kalau kata Bu Retno, Indonesia ini bahkan lebih dari siap alias more than ready untuk aktif dalam isu kemanusiaan tersebut.

Wah, keren ya, melalui langkah itu Indonesia mungkin dapat dipandang dunia sebagai negara yang aktif dalam penyelesaian isu-isu kemanusiaan. Selain itu, langkah ini juga bisa sejalan dengan Pembukaan UUD 1945 karena ikut melaksanan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi.

Eits, tapi tunggu dulu nih, apakah Indonesia sendiri sudah sepenuhnya terbebas dari isu kemanusiaan? Memangnya, Indonesia gak pernah disebut-sebut di kancah PBB karena kasus yang mungkin tidak sama persis, tetapi memiliki sedikit kemiripan dengan dua isu tersebut?

Oh iya, Indonesia sebenarnya punya catatan di mata beberapa aktivis HAM terkait dengan penanganan kasus di Papua. Beberapa waktu lalu misalnya, sejak Agustus Papua masih terus dilanda konflik yang tak jarang berujung darah.

Di tengah konflik tersebut, pemerintahan di Jakarta memilih tetap menggunakan pendekatan keamanan alih-alih memperkuat pendekatan yang berbasis kemanusiaan. Hal inilah yang menjadi kritik para aktivis dan kemudian menjadi bahan berita miring Indonesia di mata dunia internasional.

Baca juga :  The Ultimate Java War

Wah, kalau melihat kondisi ini, jadi keingetan peribahasa yang dulu pas diajarin pas SD yaitu Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak. Kan Papua ini dekat, dekat sekali, sementara Palestina dan Rakhine itu lebih jauh. Nah, kenapa perkara Papua gak ada ya dalam pembicaraan Pak Jokowi dan Pak Guterres?

Bukan gak boleh sih memperjuangkan  Palestina dan Rohingya, tapi kalau kata Ebiet G. Ade kan tengoklah ke dalam, sebelum bicara. Jadi ya, idealnya perkara kemanusiaan di Indonesia juga jadi prioritas sebelum bicara tentang krisis kemanusiaan di negara lain.

Semoga Papua dan isu-isu kemanusiaan lain di internal Indonesia gak luput ya dari Pak Jokowi. Tapi, kayaknya bisa cukup yakinlah sama Pak Jokowi, kan udah gak harus kampanye lagi, jadi isu yang diperjuangkan lebih bebas sehingga isu seperti Papua harusnya bisa disentuh. (H33)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Membaca Siapa “Musuh” Jokowi

Dari radikalisme hingga anarko sindikalisme, terlihat bahwa ada banyak paham yang dianggap masyarakat sebagai ancaman bagi pemerintah. Bagi sejumlah pihak, label itu bisa saja...

Untuk Apa Civil Society Watch?

Ade Armando dan kawan-kawan mengumumkan berdirinya kelompok bertajuk Civil Society Watch. Munculnya kelompok ini jadi bahan pembicaraan netizen karena berpotensi jadi ancaman demokrasi. Pinterpolitik Masyarakat sipil...

Tanda Tanya Sikap Gerindra Soal Perkosaan

Kasus perkosaan yang melibatkan anak anggota DPRD Bekasi asal Gerindra membuat geram masyarakat. Gerindra, yang namanya belakangan diseret netizen seharusnya bisa bersikap lebih baik...