“Orang memerlukan dua tahun untuk berbicara, tetapi lima puluh tahun untuk belajar tutup mulut”. – Ernest Hemingway
Pinterpolitik.com
[dropcap]C[/dropcap]uy, tindakan provokasi dalam bentuk apapun emang tidak ada yang baik ya. Kalau anak zaman sekarang menemui orang semacam ini, biasanya bakal bilang: “Jangan jadi kompor deh”.
Nah ceritanya hampir sama nih. Baru-baru ini ada salah satu elite yang ingin mengingatkan masyarakat terkait pihak-pihak yang katanya sering menjadi provokator. Hayo coba tebak, siapa nih yang memperingatkan?
Bener banget, dia adalah mantan Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) Abdullah Mahmud Hendropriyono. Sehari yang lalu, setelah menyambangi Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), tiba-tiba doi memberikan peringatan agar WNI keturunan Arab mengendalikan diri, sehingga tidak menjadi provokator di tubuh masyarakat.
Wadadaw, emang ada apa sih, kok tiba-tiba memberi peringatan seperti ini yang langsung menyudutkan kelompok etnis tertentu?
Menurut doi nih, kalau mereka dibiarkan memprovokasi terus menerus, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi kudeta dari masyarakat sipil. Sehingga, perlu tindakan preventif agar tidak menimbulkan kegaduhan lebih besar.
Waduh, emang siap sih yang dimaksud? Banyak cuy di sini WNI keturunan Arab. Ada Habib Rizieq Shihab, ada Gubernur Anies Baswedan, ada Najwa Shihab atau siapa nih yang dimaksud sama mantan Ketum PKPI ini? Banyak loh keturunan Arab di Indonesia.
Setelah menyambangi Lemhannas, Hendropriyono memberikan peringatan agar WNI keturunan Arab tidak menjadi provokator di tubuh masyarakat. Wah, siapa ya yang dimaksud? Share on XAlih-alih mendapatkan efek positif dari pernyataannya itu, eh doi malah langsung kena banyak kritik cuy. Waduh, baru aja menyerang, eh kena serang balik. Hadeh, kayak lagi mainan bumerang aja ya.
Salah satunya datang dari aktivis politik, Rahman Simatupang yang bilang bahwa kalimat yang dikeluarkan oleh Hendro malah menjadi provokasi tersendiri. Dengan kata lain, sesungguhnya yang provokator adalah Hendropriyono sendiri.
Hmmm, benar juga sih ya. Indonesia kan negara demokratis, jadi siapa saja mempunyai hak untuk mengungkapkan aspirasi dan pendapat. Bahkan hak tersebut dilindungi oleh UUD 1945 Pasal 28E ayat 3.
Emang sebagai elite, terlebih sebagai profesor intelijen, harusnya doi bisa menjaga kalimat yang akan dilontarkan ya. Tidak tendensius, dan jauh dari hal-hal yang berbau SARA. Biar tidak menimbulkan polemik berkepanjangan tersendiri. Kalau udah seperti ini, kan repot jadinya.
Atau jangan-jangan Hendropriyono mengeluarkan peringatan tersebut karena sakit hati sama Rizieq Shihab? Soalnya, dulu Rizieq pernah mengatakan bahwa akar masalah di Pemilu 2019 adalah Luhut Binsar Panjaitan dan Hendropriyono?
Waduh, kalau memang benar karena ini, jalan ceritanya beda lagi cuy. Semoga saja tidak benar ya, soalnya kalau masalah pribadi sudah dibawa ke ranah negara, bisa runyam dunia persilatan. Hehehe. (F46)