HomeNalar PolitikTeknologi dan Revolusi Ideologi Pemuda

Teknologi dan Revolusi Ideologi Pemuda

Anak muda berbondong-bondong masuk ke panggung politik. Lewat dunia digital mereka menyebarluaskan ide dan gagasan besarnya. Pembawaan dari mereka khas, menginginkan perubahan, pro demokrasi dan sosialisme. Teknologi menjadi pelumas dan sekaligus penentu mereka bisa masuk ke politik dan menggenggam ideologi tertentu.


Pinterpolitik.com

[dropcap]H[/dropcap]ari-hari ini politik diwarnai dengan pergerakan anak muda. Munculnya anak muda di panggung politik tentu bukan barang baru. Tidak hanya di tingkat lokal, namun gejala ini merebak di seluruh dunia. Contoh terdekat di Indonesia adalah dengan kemunculan PSI, partai yang membangun narasi sebagai basisnya anak muda, dan berbasis pada politik yang progresif.

Tidak hanya PSI dan sederet nama di dalamnya seperti Tsamara Amany dan Raja Juli Antoni, dari kalangan intelektual yang muncul nama seperti Gamal Al Binsaid, dan Faldo Maldini. Corak dari pikiran yang mereka bawa senada, yaitu soal perubahan.

Perubahan yang mereka bawa ini umumnya bersifat mendasar, yang tidak basa-basi. Perubahan menuju pada progresivitas. Sering kita dengar soal jaminan sosial, dan isu-isu ekonomi dan kebebasan dari mereka.

Di negara tetangga seperti Thailand, mereka membentuk satu partai baru di tengah kekangan junta militer, bernama Future Forward Party, yang digawangi oleh Thanathorn Juangroongruangkit. Dia hadir untuk menginterupsi kondisi politik Thailand yang terkunci antara golongan kaos merah dan kuning dan diperparah dengan kudeta militer di 2014 lalu.

Di Hong Kong, gerakan anak-anak muda progresif tergabung dalam Umbrella Movement. Mereka bergerak untuk melawan masuknya kekuatan Tiongkok dengan mencoba mengintervensi demokrasi yang sudah mereka rawat selama ini. Mereka melihat kecurangan dalam proses pemilu di Hong Kong.

Di jazirah arab juga terjadi hal yang serupa, anak-anak muda turun ke jalanan, mereka menginginkan perubahan dari politik yang dikuasai oleh oligark dan tidak menghasilkan perubahan apapun dalam kehidupan, gerakan ini dikenal dengan istilah Arab Spring. Mereka menuntut agar para elite yang sudah puluhan tahun berkuasa turun dari tahta.

Di Amerika muncul pula gerakan Occupy Wall Street, sebuah upaya protes terhadap buruknya sistem ekonomi yang dikuasai oleh segelintir pemilik kapital yang terkonsentrasi di Wall Street. Di kemudian hari gerakan ini banyak termobilisasi untuk memenangkan kandidat presiden, Bernie Sanders, yang pro sosial demokratik.

Future Forward Party, Umbrella Movement, Arab Spring, dan Occupy Wall Street hadir untuk memecah seluruh kebekuan kondisi politik. Mereka membawa angin perubahan, dan perubahan ini bersifat ideologis.

Mereka menginginkan kondisi kebebasan yang lebih murni, mereka menginginkan sistem keuangan global diperbaiki melalui perubahan kebijakan ekonomi. Mereka menginginkan segala eksesi kuasa dipangkas, sebab dia adalah akar dari seluruh persoalan dalam politik.

Lekuk Teknologi Membentuk Cita Rasa Politik

Yang menarik adalah bahwa seluruh gerakan politik di dunia tersebut terjadi di waktu dimana terjadi surplus generasi muda dan perkembangan teknologi dunia. Dengan meningkatnya jumlah anak muda, otomatis menambah pasokan anak muda dalam politik. Yang menarik adalah masuknya anak-anak muda ini membawa perubahan, dan perubahan tersebut banyak dipengaruhi oleh teknologi.

Baca juga :  Prabowo dan Hegemoni Rasa Takut

Hal ini nampak bagaimana seluruh gerakan politik tersebut menggunakan piranti teknologi sebagai perpanjangan dari ide-ide yang ingin mereka terapkan. PSI kita kenal pasti dari dunia digital, seperti Instagram dan Twitter. Arab Spring juga merebak sebab grup Facebook dan Twitter saat itu.

Gerakan politik seperti urun-dana, petisi, dan pengumpulan KTP untuk mengusung satu kandidat tertentu juga selain memiliki latar belakang ideologi tersendiri, juga muncul sebab sudah jengah dengan kondisi politik. Anak-anak muda yang mengolah di belakangnya tahu betul bahwa teknologi yang akan menyelamatkan ideologi politik yang mereka percayai.

Kita dapati bahwa terdapat kelindan yang erat antara anak muda, teknologi, dan bentuk ideologi politik. Asumsi teoretik soal sosial memengaruhi dan dipengaruhi oleh teknologi nampak paling memenuhi, dengan demikian akan membuahkan satu bentuk konsepsi sosial tertentu, dalam hal ini ideologi politik bisa dilacak dari sana.

Corak-corak teknologi yang mempengaruhi kehidupan manusia inilah yang penting untuk dianalisis, sebab dia membentuk manusia, fitur teknologi tidak hanya sebatas sebagai piranti penerus ide, namun dia turut membentuk ide.

Hari ini kita masuk di era transisi antara revolusi industri ke 3 menuju ke 4. Revolusi industri ke 3 bertransisi mula-mula sebab adanya mesin foto kopi, dia bisa memperbanyak yang tunggal, cara berpikir tersebut merembet dengan membentuk satu kepercayaan yang kita bawa hari ini soal menjamakkan karya.

Dahulu semua karya harus orisinil, sebab dia menyangkut soal nilai-nilai agung yang ada di dalamnya. Semenjak adanya foto kopi tidak ada yang mampu menjadikan satu karya sebagai yang paling agung. Mode ini dalam dunia digital berbunyi copy-paste.

Komputer menjadi penanda utama revolusi industri ke-3, komputer berguna untuk menyimpan seluruh memori manusia, dan mengedit memori tersebut, mulai dari tulisan hingga gambar.

Ketiga yaitu internet dan yang digital, berguna untuk diseminasi dan desentralisasi informasi. Jika mesin foto kopi menjadi penanda penggandaan, yang digital adalah upaya untuk mempercepat gandaan tersebut sampai pada sosial dengan kualitas sama namun ruang, waktu dan kapital yang dibutuhkan jauh lebih sedikit, alasan mengapa disebut digit.

Internet memberikan fasilitas untuk persebaran yang digital tersebut, tidak hanya menyebarkan, sebab internet tersokong oleh kerja komputer yang bisa dimiliki oleh semua orang, walhasil semua orang adalah narasi atas ide-ide yang sedang berkembang di masyarakat.

Baca juga :  Kok Megawati Gak Turun Gunung?

Perkembangan terakhir berupa sosial media menandai akan ruang bagi kita untuk berbagi yang digital melalui narasi kita sendiri lewat elektronika yang kita miliki untuk menggandakan dan menyebarluaskannya, dari sanalah ide-ide akhirnya merebak.

Tentu yang disebar adalah ide (informasi) yang kita miliki, di sinilah muncul di kemudian hari revolusi industri ketiga dianggap sebagai perpaduan antara digital dengan informasi. Sebab informasi yang terhimpun menjadi satu akan berbuah pada paket ideologi seseorang.

Dari penemuan-penemuan yang ada di revolusi industri ketiga inilah kita temukan soal penggandaan, desentralisasi kapital, diseminasi informasi, dan kekuatan jaringan seluruh masyarakat global. Seperti kata Evgeny Morozov, corak ini yang menjadikan sosialisme demokratis naik daun, sebab lekuk teknologi yang demikian merata dan menyeluruh, persis seperti impian sosialisme, terjadi di masyarakat.

Di samping itu, dengan dibelokkannya informasi secara global soal sosialisme dan berhasilnya sosialisme di negara-negara Skandinavia serta gagalnya kapitalisme global mewujudkan cita-citanya seperti kata Slavoj Zizek, menjadikan anak-anak muda akhirnya bergerak, dan corak sosialisme demokratis yang rata-rata mereka semua bawa. Soal kebebasan, soal hak bagi semua, baik dalam politik maupun ekonomi.

Dunia sedang berubah, peradaban sedang bergeser, anak mudah harus bergerak! Share on X

Bentukan Ideologi Politik Anak Muda

Sejarah sudah tidak lagi ditulis oleh satu kekuatan tunggal, informasi sudah tidak lagi dikontrol oleh satu kuasa, sosial media memungkinkan kita untuk berinteraksi, sehingga media tidak satu arah, namun bersifat dual.

Jadi bentuk teknologi bekerja persis seperti ide sosialisme, dan konten sosialisme sendiri direbakkan melalui teknologi masa kini. Dua paduan itulah yang menjadikan ide politik sosial demokratis memikat banyak anak muda.

Masuk ke perkembangan revolusi industri 4.0, dimana artificial intelligence (AI) menjadi begitu masif dikembangkan, yang mengarah pada otomatisasi dan penggantian kerja manusia oleh robot. Yang berimbas pada munculnya wacana universal basic income, sebuah gagasan yang juga dicanangkan dalam sistem sosialisme.

Professor Klaus Schwab (2016) memastikan bahwa revolusi industri 4.0 tidak akan hanya terjadi di luar tubuh manusia, namun juga di dalam, teknologi akan semakin menyatu dengan diri manusia, termasuk dalam hal ini AI. Maka ide sosialisme demokratik boleh jadi akan menguat melalui hal tersebut.

Tak hanya itu, perkembangan teknologi di dunia kesehatan dengan banyaknya penemuan alat terbarukan menjadikan dunia kesehatan lebih mudah terakses, dia murah dan cepat. Dalam dunia pendidikan, sudah sangat sering kita temui bagaimana YouTube menjadi alat penyebarluasan pengetahuan yang gratis tanpa masuk ke ruang kuliah.

Corak-corak dan cara kerja teknologi semacam ini yang mempengaruhi politik anak muda yang memang lahir dalam situasi teknologis semapan sekarang. Teknologi merombak manusia, anak muda mengubah tatanan dunia. (N45)

 

 

spot_imgspot_img

#Trending Article

Segitiga Besi Megawati

Relasi Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri kini memasuki babak baru menyusul wacana pertemuan dua tokoh tersebut.

Prabowo & Hybrid Meritocracy Letnan-Mayor

Promosi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo sebagai Pangkogabwilhan I di rotasi perdana jenderal angkatan bersenjata era Presiden Prabowo Subianto kiranya mengindikasikan pendekatan baru dalam relasi kekuasaan dan militer serta dinamika yang mengiringinya, termasuk aspek politik. Mengapa demikian?

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang paling tidak diuntungkan usai Pemilu 2024 dan Pilkada 2024. Mungkinkah hal ini jadi bahaya bagi PKS dalam waktu mendatang?

Prabowo and The Nation of Conglomerates

Dengarkan artikel ini: Sugianto Kusuma atau Aguan kini jadi salah satu sosok konglomerat yang disorot, utamanya pasca Menteri Tata Ruang dan Agraria Nusron Wahid mengungkapkan...

Megawati and The Queen’s Gambit

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mungkin akan dielu-elukan karena dinilai brilian dengan menunjuk Pramono Anung sebagai calon gubernur dibandingkan opsi Ahok atau Anies Baswedan, sekaligus mengalahkan endorse Joko Widodo di Jakarta. Namun, probabilitas deal tertentu di belakangnya turut mengemuka sehingga Megawati dan PDIP bisa menang mudah. Benarkah demikian?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Ada Operasi Intelijen Kekacauan Korea Selatan? 

Polemik politik Korea Selatan (Korsel) yang menyeret Presiden Yoon Suk Yeol jadi perhatian dunia. Mungkinkah ada peran operasi intelijen dalam kekacauan kemarin? 

More Stories

Politik Kebahagiaan Sandiaga Uno

Sandiaga Uno kerap menampilkan aktivitas politik yang menyenangkan, penuh dengan canda tawa, penuh dengan energi positif. Sandiaga membangun narasi politik kebahagiaan dalam dirinya. PinterPolitik.com Sedari...

Tito Berpeluang di Pilpres 2024?

Keberhasilan Polisi menangani kerusuhan di demo 22 Mei menaikkan nama Tito Karnavian sang Kapolri. Namanya masuk di radar Pilpres 2024, akankah Tito berhasil membidik...

Demo 22 Mei, Proyek Demokrasi Bayaran?

Demo 22 Mei di Bawaslu berakhir ricuh, banyak yang menduga disusupi provokator. Polisi menangkap 257 tersangka dengan barang bukti uang, batu, bom Molotov, serta...