HomePolitik & FigureAdu Pintar Politik di Putaran Kedua

Adu Pintar Politik di Putaran Kedua

Karena di antara ketiga pasangan calon (paslon) tidak ada yang mendapatkan jumlah suara di atas  50 persen, maka sesuai peraturan, paslon Ahok – Djarot dan Anies – Sandi diprediksi akan memasuki putaran kedua.


pinterpolitik.com

JAKARTA – Rabu, 15 Februari 2017, warga DKI Jakarta (yang sudah ber-KTP) menggunakan haknya dalam pesta demokrasi pemilihan gubernur dan wakil gubernur. Pemungutan suara berjalan aman dan lancar, meskipun ada “kerikil-kerikil”  yang mengganggu. Misalnya ada TPS yang buka siang, yang mestinya pukul 07.00.

Ada pula yang belum punya e-KTP, tetapi memegang “suket” (surat keterangan) dari kelurahan setempat, yang kemudian kehabisan waktu untuk mencoblos (waktu mencoblos 12.00 – 13.00), padahal pada jam tersebut petugas sedang  istirahat makan. Terjadilah adu mulut, karena warga yang pegang “suket” kecewa tidak bisa memberikan suaranya.

Berdasarkan hasil hitung cepat beberapa lembaga survei, di antaranya, SMRC dan Polmark Indonesia, pasangan Basuki (Ahok) – Djarot memperoleh suara terbanyak, disusul Anies – Sandi, dan Agus – Sylvi. Perolehan suara itu, Ahok sekitar 43 persen, Anies sekitar 40 persen, dan Agus sekitar 17 persen.

Karena di antara ketiga pasangan calon (paslon) tidak ada yang mendapatkan jumlah suara di atas  50 persen, maka sesuai peraturan, paslon Ahok – Djarot dan Anies – Sandi diprediksi akan memasuki putaran kedua.

Kabarnya, pada putaran kedua tidak ada lagi masa kampanye, tapi hanya penajaman visi-misi dalam debat antara kedua paslon. Maka, yang lebih penting  adalah bagaimana masing-masing paslon “memutar otak” agar mampu menang, tentu saja dengan cara-cara yang cerdas, sehat, dan tidak melanggar aturan main.

Perkiraan dalam pertarungan di putaran kedua, Ahok-Djarot akan cukup berat menghadapi Anies – Sandi. Mengapa? Perkiraan awal, banyak yang menilai paslon Ahok bisa menang di putaran pertama, ternyata tidak. Strategi melawan paslon Anies tidak mudah, karena bisa saja pendukung paslon Agus akan pindah mendukung Anies.

Baca juga :  PKS Boncos Seperti Manchester United?

Mungkinkah pendukung Agus akan memilih Ahok pada putaran kedua tanggal 19 April mendatang? Sulit untuk memprediksinya. Kalau saja kubu Anies dan Agus berkoalisi, melalui partai-partai yang mendukungnya, tentu bisa menuai perolehan suara yang lebih besar.

Paslon Ahok-Djarot didukung oleh PDI-P, Nasdem, Hanura, Golkar, dan PKPI. Anies – Sandi didukung oleh Partai Gerindra dan PKS, sedang Agus – Sylvi didukung oleh Partai Demokrat, PPP, PAN, dan PKB.

Berdasarkan hasil hitung cepat, dalam putaran pertama Ahok-Djarot memperoleh suara sekitar 43 persen atau 2.102.091 suara. Anies – Sandi mendapat sekitar 40 persen atau 1.955.434 suara. Agus – Sylvi memperoleh sekitar 17 persen atau  831.060 suara. Itu semua dari estimasi partisipasi warga DKI yang memberikan suaranya berjumlah sekitar 4.888.585 orang dari jumlah pada daftar pemilih tetap (DPT) 6.983.3692 orang.

Pada putaran kedua inilah kedua paslon adu pintar politik untuk meraih kemenangan guna memimpin dan melayani Jakarta lima tahun ke depan. (Berbagai sumber/G18).

spot_imgspot_img

#Trending Article

Segitiga Besi Megawati

Dengarkan artikel ini: Relasi Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri kini memasuki babak baru menyusul wacana pertemuan dua tokoh tersebut. Meski belum juga terjadi, banyak yang...

Prabowo & Hybrid Meritocracy Letnan-Mayor

Promosi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo sebagai Pangkogabwilhan I di rotasi perdana jenderal angkatan bersenjata era Presiden Prabowo Subianto kiranya mengindikasikan pendekatan baru dalam relasi kekuasaan dan militer serta dinamika yang mengiringinya, termasuk aspek politik. Mengapa demikian?

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang paling tidak diuntungkan usai Pemilu 2024 dan Pilkada 2024. Mungkinkah hal ini jadi bahaya bagi PKS dalam waktu mendatang?

Prabowo and The Nation of Conglomerates

Dengarkan artikel ini: Sugianto Kusuma atau Aguan kini jadi salah satu sosok konglomerat yang disorot, utamanya pasca Menteri Tata Ruang dan Agraria Nusron Wahid mengungkapkan...

Megawati and The Queen’s Gambit

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mungkin akan dielu-elukan karena dinilai brilian dengan menunjuk Pramono Anung sebagai calon gubernur dibandingkan opsi Ahok atau Anies Baswedan, sekaligus mengalahkan endorse Joko Widodo di Jakarta. Namun, probabilitas deal tertentu di belakangnya turut mengemuka sehingga Megawati dan PDIP bisa menang mudah. Benarkah demikian?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Ada Operasi Intelijen Kekacauan Korea Selatan? 

Polemik politik Korea Selatan (Korsel) yang menyeret Presiden Yoon Suk Yeol jadi perhatian dunia. Mungkinkah ada peran operasi intelijen dalam kekacauan kemarin? 

More Stories

Infrastruktur Ala Jokowi

Presiden juga menjelaskan mengenai pembangunan tol. Mengapa dibangun?. Supaya nanti logistic cost, transportation cost bisa turun, karena lalu lintas sudah  bebas hambatan. Pada akhirnya,...

Banjir, Bencana Laten Ibukota

Menurut pengamat tata ruang, Yayat Supriatna, banjir di Jakarta disebabkan  semakin berkurangnya wilayah resapan air. Banyak bangunan yang menutup tempat resapan air, sehingga memaksa...

E-KTP, Dampaknya pada Politik

Wiranto mengatakan, kegaduhan pasti ada, hanya skalanya jangan sampai berlebihan, sehingga mengganggu aktivitas kita sebagai bangsa. Jangan juga mengganggu mekanisme kerja yang  sudah terjalin...