“Bahasa adalah pakaian dari pikiran.” ~Samuel Johnson
PinterPolitik.com
[dropcap]P[/dropcap]olitisi itu ya, selain senang menggombali rakyat, juga gemar meledek sesamanya loh. Sungguh tipikal manusia yang tidak patut diteladani kan? Makannya, kalau mau pilih panutan jangan dari kalangan politisi, tapi negarawan. Ehhh… tapi di negara ini ada nggak ya?
Bayangin aja gaes, masalah kostum foto capres-cawapres di surat suara aja jadi bahan perang ‘bacot’. Luar biasa memang. Kadang pertempuran saling ejek gini seru sih untuk ditonton, tapi sayangnya tidak menyehatkan mental. Wkwkwkwk.
Jadi gini, perang ledek-ledekan foto capres-cawapres bermula dari celetukan Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Hasto Kristiyanto. Awalnya doi membahas soal perbedaan warna pakaian yang dipakai oleh kedua pasangan calon.
Kalau menurut Hasto, foto di surat suara merupakan cerminan pribadi dari pasangan calon tersebut. Foto Jokowi-Ma’ruf mengenakan pakaian putih, sedangkan Prabowo-Sandiaga memakai setelan jas hitam. Lalu, dari warna tersebut disimpulkan kalau, nomor urut 01 putih, yang 02 hitam. Ehmm, mungkin maksudnya ingin menyangkutpautkan warna baju dengan cerminan isi hati gitu?
Loh, kalau sekarang eik lagi pakai baju garis hitam putih, berarti hati eik juga warnanya hitam putih gitu? Etdah, itu hati apa zebra cross? Zzzzz
Pakaian kok disangkut-pautkan dengan isi hati. Ya nggak nyambung, Bos... Share on XNggak sampai situ aja, Hasto juga membahas gestur dari kedua pasang calon. Menurutnya, postur Jokowi-Ma’ruf dipandang mencerminkan sosok yang memiliki pandangan optimis dan menatap masa depan dengan percaya diri. Katanya nggak kayak Prabowo-Sandi, fotonya lebih menunduk. Wadawww…
Hasto kemudian juga membahas pakaian Ma’ruf yang menggunakan sarung, konon menggambarkan jati dirinya sebagai seorang ulama. Sedangkan pakaian Jokowi melambangkan keindonesiaan. Uwuwuw, bisa ae…
Tapi kita mengenal ungkapan ‘ada aksi ada reaksi’. Ejekan Hasto tentu menimbulkan reaksi dari Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga. Serangan BPN dimulai dengan pernyataan ‘berbusana hitam-hitam nggak masalah, yang penting hati nggak hitam’.
Jubir BPN Andre Rasiade mengatakan, untuk apa baju putih tapi hanya sebatas pencitraan. Sedangkan hatinya hitam. Senang mengumbar janji-janji manis, tapi nggak ditepati setelah berkuasa.
Deerrrr!!!! Sebuah pernyataan yang menusuk hingga ke ulu hati bukan? Eh tapi benar juga. Kalau hatinya bersih, pasti nggak suka ngumbar janji apalagi sampai diingkari dong? Hehehe.
Senada dengan Andre, Ketua DPP Partai Gerindra Habiburokhman juga tak mau terlalu mempersoalkan kostum untuk foto surat suara. Yang pasti, Prabowo-Sandi tidak akan mengenakan kostum hanya untuk pencitraan.
Nah iya betul. Lagian aneh juga, kenapa coba yang diejek pakaiannya. Lah emang foto kepresidenan resmi Jokowi yang dipajang di atas papan tulis sekolah-sekolah pakai apa? Baju koko? Etdahhh, emosi lama-lama. (E36)