“Di dalam tampilan seseorang yang paling culun sekali pun, ada drama, komedi dan tragedi.” ~Mark Twain
PinterPolitik.com
[dropcap]M[/dropcap]asih ingat dengan drama terbongkarnya fakta di balik wajah babak belur Ratna Sarumpaet sodara-sodara? Seru sekali bukan? Sungguh sebuah suguhan kisah politik Indonesia yang menyegarkan pikiran. Anti-mainstream dibanding kisah sinetron kebanyakan. Luar biasa…
Tapi gaes, kita harus ingat juga, selain kisahnya yang out of the box, “Aku Bohongi Negara Demi Tak Ketahuan Operasi Plastik di Umur 70 tahun”, drama ini dimainkan oleh para politikus negeri ini. Kurang spesial apa? Kurang kocak apa? Wow, wow, wow… Wkwkwkk.
Ternyata gaes, koalisi pengusung Joko Widodo-Ma’ruf nampaknya nggak bisa terlalu bercanda menanggapi drama Ratna Sarumpaet ini. Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Arsul Sani menduga ada teknik propaganda ala Rusia yang dikenal sebagai firehose of the falsehood di balik kasus hoaks penganiayaan yang dilakukan Ratna Sarumpaet.
Weleh-weleh, berat gaesss… Tapi sebenarnya apa sih maksudnya?
Menurut Arsul, teknik propaganda ala Rusia tersebut, memiliki ciri khas, yakni melakukan kebohongan-kebohongan nyata untuk membangun ketakutan publik. Dia pun membaca kalau kebohongan dengan teknik propaganda macam begini tidak hanya sekali dilakukan kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Apakah benar drama hoaks Ratna Sarumpaet merupakan pola propaganda kubu Prabowo? Share on XInget nggak gaes sama kasus terbakarnya mobil Neno Warisman? Heboh banget kan? Berita kalau mobil Neno sengaja dibakar oleh oknum tertentu meluas. Beritanya mengarah kalau yang melakukan bisa jadi orang yang pro pemerintah. Secara Neno merupakan pentolan gerakan 2019 Ganti Presiden. Akhirnya apa?
Ya, kabeh salah Jokowi, dibilang otoriterlah, dibilang mulai paniklah. Padahal, waktu diselidiki ternyata mobil Neno terbakar karena korsleting listrik. Nah loh, piye?
Menurut Arsul, baik drama Neno maupun Ratna memiliki pola yang mirip, yakni pola propaganda yang sama-sama menimbulkan ketakutan publik dan disertai dengan teknik playing victim.
Teknik macam begini nih, yang menurut Arsul, membuat publik berpandangan bahwa pelaku adalah korban yang teraniaya oleh satu pihak. Siapa? Ya, kelompok penguasa.
Dengan dugaan itu, Arsul mendesak kepolisian untuk menyelidiki kasus tersebut secara lebih luas, nggak cuma sebatas pada unsur-unsur pasal pidana yang dipersangkakan.
Tenang Pak Arsul, kan satu per satu orang-orang yang ikut menyebarkan drama Ratna mulai dipanggil polisi, nih. Kita tunggu aja, siapa tahu waktu diinterogasi ada yang keceplosan. Ehhh (E36)