HomeTerkiniIsu Sara Pengaruhi Iklim Investasi Hingga Tax Amnesti

Isu Sara Pengaruhi Iklim Investasi Hingga Tax Amnesti

Isu SARA menjadi momok bagi iklim investasi di Indonesia. Investor juga mengkhawatirkan memanasnya suhu politik terus terjadi di Indonesia.


pinterpolitik.comRabu 25 Januari 2017

Jakarta –Keyakinan Bank Indonesia (BI) terhadap pertumbuhan investasi mulai kuartal II tahun ini terjegal isu suku, agama, ras dan antar-golongan (SARA). Investor juga mengkhawatirkan memanasnya suhu politik terus terjadi di Indonesia.

Kekhawatiran itu diucapka  Chairman Indonesia Chamber of Commerce in Tiongkok (INACHAM) Liky Sutikno . Menurutnya Investor Tiongkok cukup memerhatikan apa yang terjadi di Indonesia, termasuk soal isu politik yang terjadi Mereka masih memandang Indonesia sebagai pasar yang atraktif. “Cuma mereka takut masuk, duit nggak bisa kembali. Banyak yang wait and see, namun mereka amati terus,” kata Liky saat acara SARA, Radikalisme, dan Prospek Ekonomi Indonesia 2017 di Jakarta, Senin (23/1/2017).

Dari catatan INACHAM, realisasi investasi Tiongkok ke Indonesia dalam kurun waktu 2015-2016 berpotensi meningkat tiga kali lipat. Namun hal itu tidak terlaksana lantaran iklim investasi di Indonesia tidak kunjung kondusif. investasi Tiongkok yang disokong pemerintahnya juga akhirnya mencari negara lain.

Menurutnya Tiongkok sangat membutuhkan Indonesia dalam hal berinvestasi. Iklim investasi yang masih baik dijadikan alasan utamanya. Apalagi, jaminan resiko usaha di Indonesia cukup menjanjikan. “Kalau mereka dapat bargaining power dari negara lain ya lewat lah Indonesia. Enggak perlu Indonesia lagi. Karena Indonesia ini top of the list,” tambahnya

Kekhawatiran yang sama juga diungkapkan Kepala Staf Wakil Presiden Sofjan Wanandi. Menurutnya iklim investasi di dalam negeri bisa terganggu adanya isu-isu SARA dan radikalisme. Isu-isu ini juga yang menjadi penghalang realisasi amnesti pajak secara maksimal.

“Pengusaha memperbincangkan, apa yang terjadi? Jadi ada kekhawatiran itu,” katanya. Dari komitmen repatriasi sebesar Rp 141 triliun, realisasi sampai 31 Desember 2016 hanya sebesar Rp 112,2 triliun.

Baca juga :  Prabowo dan Filosofi Magikarp ala Pokémon

Kondisi politik yang memanas juga membuat pengusaha yang telah membawa uangnya masuk ke dalam negeri, masih menahan uangnya di perbankan dan belum menempatkannya di instrumen investasi, terutama sektor riil. Hal tersebut mempengaruhi jalannya investasi di dalam negeri.

Sofyan mengatakan untuk memberikan rasa aman pada investor pemerintah perlu melakukan penegakan hukum yang jelas. Pemerintah tidak perlu takut pada tekanan dari pihak-pihak yang hendak mengganggu stabilitas ekonomi.

Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri bilang, permasalahan struktural yang membuat isu SARA dan radikalisme terjadi adalah ketimpangan sosial. Untuk mengatasi persoalan SARA, pemerintah perlu memperbaiki tingkat ketimpangan, yaitu melalui perbaikan sektor pertanian dan manufaktur. (KD/O23)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Segitiga Besi Megawati

Dengarkan artikel ini: Relasi Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri kini memasuki babak baru menyusul wacana pertemuan dua tokoh tersebut. Meski belum juga terjadi, banyak yang...

Prabowo & Hybrid Meritocracy Letnan-Mayor

Promosi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo sebagai Pangkogabwilhan I di rotasi perdana jenderal angkatan bersenjata era Presiden Prabowo Subianto kiranya mengindikasikan pendekatan baru dalam relasi kekuasaan dan militer serta dinamika yang mengiringinya, termasuk aspek politik. Mengapa demikian?

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang paling tidak diuntungkan usai Pemilu 2024 dan Pilkada 2024. Mungkinkah hal ini jadi bahaya bagi PKS dalam waktu mendatang?

Prabowo and The Nation of Conglomerates

Dengarkan artikel ini: Sugianto Kusuma atau Aguan kini jadi salah satu sosok konglomerat yang disorot, utamanya pasca Menteri Tata Ruang dan Agraria Nusron Wahid mengungkapkan...

Megawati and The Queen’s Gambit

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mungkin akan dielu-elukan karena dinilai brilian dengan menunjuk Pramono Anung sebagai calon gubernur dibandingkan opsi Ahok atau Anies Baswedan, sekaligus mengalahkan endorse Joko Widodo di Jakarta. Namun, probabilitas deal tertentu di belakangnya turut mengemuka sehingga Megawati dan PDIP bisa menang mudah. Benarkah demikian?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Ada Operasi Intelijen Kekacauan Korea Selatan? 

Polemik politik Korea Selatan (Korsel) yang menyeret Presiden Yoon Suk Yeol jadi perhatian dunia. Mungkinkah ada peran operasi intelijen dalam kekacauan kemarin? 

More Stories

Bukti Indonesia “Bhineka Tunggal Ika”

PinterPolitik.com mengucapkan Selamat Hari Kemerdekaan Indonesia ke 72 Tahun, mari kita usung kerja bersama untuk memajukan bangsa ini  

Sejarah Mega Korupsi BLBI

KPK kembali membuka kasus BLBI yang merugikan negara sebanyak 640 Triliun Rupiah setelah lama tidak terdengar kabarnya. Lalu, bagaimana sebetulnya awal mula kasus BLBI...

Mempertanyakan Komnas HAM?

Komnas HAM akan berusia 24 tahun pada bulan Juli 2017. Namun, kinerja lembaga ini masih sangat jauh dari harapan. Bahkan desakan untuk membubarkan lembaga...