HomeCelotehPrabowo Perlu Ganti Nama!

Prabowo Perlu Ganti Nama!

“Selalu ku berusaha untuk berikan yang terbaik. Dirimu yang selalu tak dapat mengerti aku. Pengorbananku selama ini hanyalah sia-sia. Aku hampir putus asa. Melihat dirimu bersama dirinya.” – Barra Band, ‘Hampir Putus Asa’


PinterPolitik.com

(Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian atau pun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.)

[dropcap]P[/dropcap]enantang Perdana Menteri petahana pada Pepermen alias Pemilihan Perdana Menteri Kerajaan Meneketehe lagi mikir keras, bahkan nyaris putus asa.

Prabowo – begitu ia disapa – memang lagi menyusun strategi bagaimana caranya agar ia bisa mengalahkan Jokowi, sang Perdana Menteri petahana yang popularitasnya moncer badai syantik.

Di atas gulungan perkamen – kertas maksudnya – Prabowo yang mantan prajurit istana memang kalah populer dibanding Jokowi. Untuk itu, berbagai kritik dan serangan politik telah Prabowo dan kubunya lancarkan untuk menyerang Jokowi.

Sayangnya, Jokowi begitu kuat dan tidak mempan diserang dari segala sisi. Mungkin hanya koalisi dengan Negara Api – si merah – barulah Jokowi bisa kalah. (Baca: Jika Prabowo-CT, Jokowi Kelar)

Apalagi, semuanya memang terlihat baik-baik saja di Meneketehe. Rakyat makmur dengan utang yang menjulang tinggi, jalur-jalur berkuda baru juga sudah dibuka dengan bantuan dari negeri Tengkuk. Fine-fine ajalah.

Walaupun sekutu lama Meneketehe macam negeri Akeh Segawon alias AS kecewa dengan kedekatan Meneketehe terhadap Tengkuk, tapi sudah biasa lah kecemburuan berbidak intervensi politik. Lha Meneketehe memang lumbungnya intervensi kok!

Situasi inilah yang membuat Prabowo putus asa.

Dalam pesan yang disampaikan kepada para pendukungnya baru-baru ini, ia menyebutkan bahwa rakyat Meneketehe harus menerima kenyataan bahwa utang-utang negara sedang dibayar dengan pinjaman-pinjaman baru! Gaji prajurit dan pegawai dibayar dari utang!

Baca juga :  Hasan Nasbi-Qodari 24 Jubir Satset

“Saudara-saudara, keadaan ini membuat kita sungguh-sungguh lemah,” begitu kata Prabowo. Sungguh ungkapan yang luar biasa penuh keputusasaan, layaknya ramalan bubarnya Meneketehe di tahun 2030.

Ia juga bilang bahwa kekayaan alam Meneketehe dan aset-aset kerajaan sudah dikuasai oleh asing – entah yang dimaksud asing ini negara mana. Negara Api juga asing loh! Si merah juga ngejual-jualin aset negara, hayoo!

Karena putus asa, Prabowo pun memutuskan mengadu ke konsultan politiknya, Dirman. Yang mengejutkan, Dirman menyarankan Prabowo untuk mengganti nama! Prabowo mengernyitkan dahi mendengar saran itu.

“Nama bapak cenderung bernada negatif. Coba perhatikan dua kata terakhir. Itu kan biasa digunakan sebagai ekspresi kekecewaan. Cenderung negatif lah. Sementara, nama Perdana Menteri Jokowi itu dua huruf terakhirnya sering dipakai sebagai ekspresi kekaguman. Cenderung positif lah. Jadi, kalau mau menang, ganti nama aja pak. Kalau namanya positif, niscaya semuanya akan menghasilkan yang positif”, kata Dirman berapi-api.

Prabowo terdiam. Dipandanginya Dirman dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Orang ini pengen ngerasain moncong tank Leopard 2, ya? Fix, besok gua pecat lu. Konsultan 1 T, tapi gagal bikin menang di 2014. Dasar tak berguna! Prabowo bergumam dalam hati.

Ah, finan-sial. Syalala. (S13)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Berani Prabowo Buka Pandora Papers Airlangga?

Ramai-ramai bicara soal kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) 12 persen yang disertai dengan protes di media sosial, tiba-tiba juga ramai pula banyak akun men-share kembali kasus lama soal nama dua pejabat publik – Airlangga Hartarto dan Luhut Pandjaitan – yang di tahun 2021 lalu disebut dalam Pandora Papers.

Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?

Dua negara menjadi tujuan utama Prabowo saat melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya pasca dilantik sebagai presiden: Tiongkok dan Amerika Serikat.

The War of Java: Rambo vs Sambo?

Pertarungan antara Andika Perkasa melawan Ahmad Luthfi di Pilgub Jawa Tengah jadi panggung pertarungan besar para elite nasional.