“Penunjukan ini lebih banyak mudaratnya bagi Polri ketimbang manfaatnya. Sebab penunjukan Iriawan akan menimbulkan empat hal negatif bagi Polri.” ~ Neta S. Pane, Presidium Indonesia Police Watch (IPW)
PinterPolitik.com
[dropcap]P[/dropcap]enunjukan Komjen Pol M. Iriawan sebagai Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat (Jabar), mampu nongkrong di headline berbagai media online nasional loh gengs.
Kabar ini memang harus mendapat pengakuan gengs, karena mampu menjadi magnet penarik komentar dari berbagai warna bendera partai politik Indonesia.
Dari tanggapan positif, tanggapan negatif, sampai tanggapan slow-slow aja kayak anak tongkrongan juga ada. Nah malah ada nih gengs yang gereget sampe mau ngadu-ngadu segala. Hmm kurang gereget apa coba gengs.
Menurut kabar angin sih, Pilkada Jabar digadang-gadang akan menjadi barometer kesuksesan untuk kemenangan kursi Presiden gengs. Wow, cucok meyong ya. Gak aneh lah gengs kasus kaya gini bisa jadi heboh.
Jadi, kalo ditarik kesimpulan, Pilkada Jabar memang layak ditempatkan pada urutan kedua sebagai Pilkada terpanas setelah Pilkada DKI Jakarta gengs hehehe.
Dulu dinyatakan batal oleh Menkopolhukam, skrg mau dilantik, ini jelas kebohongan publik. Pemerintah menipu rakyat. Pilkada Jabar ternoda.
— Fadli Zon (@fadlizon) June 17, 2018
Tidak berhenti di sini gengs, rencananya Partai Demokrat akan segera mengajukan angket terkait pelantikan Komjen Iriawan yang dianggap sebagai langkah melampaui batas dan mencederai keadilan serta akal sehat. Pedes gengs kritikannya.
Ketua DPP PKS seakan seirama dengan Partai Demokrat, yaitu ingin mengajukan angket dan menilai sikap pemerintah adalah bentuk kejumawaan dan berpeluang membuat proses Pilkada Jabar yang sudah berjalan dengan smooth jadi bergejolak.
Indikator yang membuat Pilkada Jabar menempati posisi kedua terpanas ialah banyaknya kandidat terbaik yang diturunkan dari setiap partai politik, dan gencarnya pemberitaan media nasional mengabarkan Pilkada Jabar, serta seringnya muncul isu-isu kontroversial.
Mungkin kalian masih ingat gengs, penunjukan seperti yang terjadi pada Komjen Iriawan juga pernah terjadi di beberapa daerah lain. Sebut saja penunjukan Inspektur Jenderal Carlo Brix Tewu sebagai pelaksana tugas Gubernur Sulawesi Barat untuk menggantikan Ismail Zainuddin serta penunjukkan Soedarmo dari TNI (Purn) menjadi Penjabat Gubernur Aceh.
Rasanya jika diamati dengan seksama, dinamika Pilkada Jabar saat ini memaksa setiap partai politik untuk sungguh berhati-hati, dan seakan membuat mereka tidak akan rela kecolongan meski setitik pun.
Hmmm, mungkin jawaban dari kasus ini seperti yang pernah diungkapkan oleh Sun Tzu : “Dia akan menang ketika dia tahu kapan harus berperang dan kapan tidak berperang”. (G11)