“Kalaupun ada satu sisi (KSPI), mau deklarasi ganti presiden katanya. Saya berkomunikasi biasa saja. Bung, mau ganti presiden, saya bilang, kalau saya tetap Jokowi.” ~ Andi Gani, Presiden KPSPI.
PinterPolitik.com
[dropcap]M[/dropcap]ay Day 2018, hmmm, mungkin akan menjadi momentum yang mempertemukan buruh se Indonesia untuk meneriakkan dan memperjuangkan hak buruh yang katanya selalu saja masih jauh dari istilah cukup.
Kalau menuntut kemauan memang tak ada habisnya, tapi kalau menuntut apa yang dibutuhkan, rasanya perlu juga untuk diperjuangkan karena akan ada titik temunya.
Nah, buruh uppsss, maksudnya serikat buruh menuntut apa ya? Kemauan atau kebutuhan? Ehmmm.
Setidaknya, dalam momentum May Day isu yang digelontorkan takkan jauh tentang tuntutan kenaikan upah dan kesejahteraan buruh. Tapi, kalau isu ini memang datang dari buruh sih, Pemerintah rasanya harus mempertimbangkan.
Weiiitss, tapi yang jadi repot kalau isunya itu hasil ‘gorengan’ kaum elitis di serikat buruh, hmmm, makanya kalau ini terjadi sangatlah kental dengan aroma politis.
Tapi kalau ditinjau dari sudut pandang lain, kalau orang – orang sudah berkumpul dalam jumlah banyak dan terorganisir, sangatlah mudah disebut dan diposisikan sebagai basis kekuatan massa yang riil.
Waduh, apalagi kalau momentum tahun politik begini, aji mumpung, hmm sangat menggiurkan. Makanya tak aneh, serikat atau kelompok buruh terlihat sangat politis ya begitu adanya.
Menurut Said, Prabowo sudah menyatakan akan menghadiri deklarasi dukungan itu dan akan menandatangani kontrak politik yang disodorkan KSPI. https://t.co/FO2qXSCrOU
— Kompas.com (@kompascom) April 29, 2018
Bahkan serikat buruh tak sungkan untuk meneriakkan untuk berpihak ke kandidat calon Presiden. Ada yang dukung Jokowi ataupun dukung Prabowo.
Semisal, KSPI di bawah pimpinan Said Iqbal akan sekaligus mendeklarasikan dukungan untuk Prabowo yang katanya Calon Presiden yang pro dengan kepentingan buruh.
Sementara, KPSPI akan tetap mendukung Jokowi. Tapi KPSPI ini beda lho organisasinya sama KSPI, walaupun beda satu huruf itu ternyata beda dukungan ke calon Presidennya, weleeeh weleeeh.
Tapi sebenernya serikat buruh ini mau memperjuangkan kepentingan buruh – buruh, atau mau menjadikan buruh martir atau alat politik?
Hmmm, kok aroma yang santer tercium bukan kajian tentang penderitaan buruh, tapi malah memaksakan diri mengusung nama calon Presiden.
Kalau buruh dijadikan martir oleh serikat buruh kepada salah satu calon, hmmm, jangan menaruh kecewa ya kalau kepentingannya ga diakomodir sama lawan politiknya, nikmati sajalah.
Makanya kalau kata Stephen King, kepercayaan dari orang-orang lugu adalah alat yang paling berguna untuk melakukan sesuatu.
Jadi jangan sampai ada ‘pemanfaatan politik’ dari buruh untuk kepentingan politik tersembunyi kaum elitis di serikat buruh, hmmm, jadi martir politik mulu, ga cape? Weleeeh weleeh. (Z19)