“Hanya ada dua pilihan: menjadi apatis atau mengikuti arus. Tapi, aku memilih untuk jadi manusia merdeka.” ~ Soe Hok Gie
PinterPolitik.com
[dropcap]K[/dropcap]omisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kini harus rela ditinggalkan Heru Winarko yang ditarik menjadi Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN)
Padahal, Heru sebelumnya menjabat sebagai Deputi Penindakan, mau tak mau KPK harus mencari dengan segera siapa yang menggantikan Heru Winarko.
Hadeuuuh, lagian masa ga ada koordinasi sih, masa harus kosong begitu dulu, kalau mau pindah jadi Kepala BNN, seharusnya koordinasi dulu jadi KPK punya penggantinya, kalau nantinya berdampak sama kinerja KPK gimana, huufftt.
Sudah kosong, ehhh pas dilakukan rekrutmen dan seleksi calonnya banyak juga, weleeh weleeeh. Tapi mau tak mau semuanya harus punya nilai lebih kalau mau terpilih, selain kompetensi ya, hmmm.
Alhasil, Brigjen Firli lah yang mendapat kesempatan mengisi jabatan Deputi Penindakan KPK. Ada yang kaget, kompetensi apa yang dimilikinya? Coba kita lihat dari sisi yang lain ya, kalau kompetensi sih pasti cakap dan paham lah.
Tapi ternyata kalau dilihat dari sosok Brigjen Firli ini ada sesuatu yang menarik. Wedeeww, apaan tuh? Karena ehhh karena, dahulunya Brigjen Firli adalah ajudannya Wakil Presiden Boediono.
Weleeeh weleeeh, kok menarik. Nah itu dia, ternyata ada kebiasaan yang tak biasa, bahkan seperti ada mitos tentang seorang ajudan Presiden atau Wakil Presiden. Contohnya aja Budi Gunawan yang dulunya ajudan Presiden Megawati, kini punya karier yang bagus. Cuma sayang aja dijegal saat diusulkan jadi Kapolri, tapi gapapa lah kan sekarang jadi Kepala BIN.
Hmmm, mitos ajudan ya, uhukkk, uhuuukkkk. Nah bahkan mantan Kapolri Jenderal Sutarman juga kayaknya punya karier yang bagus karena dulunya menjadi ajudannya Presiden Gus Dur.
Tuh udah ada dua contoh mantan ajudan yang lancar jaya kariernya, melesat hebat ya. Jadi ga aneh kan kalau Brigjen Firli melenggang lancar juga, weleeeeh weleeeh.
Tapi kalau itung – itungannya ajudan Presiden atau Wakil Presiden itu kariernya bisa hebat, kok Brigjen Firli cuma dapet kursi Deputi Penindakan KPK ya?
Bukannya gimana – gimana sih, tapi apakah faktor ajudannya Wakil Presiden ya jadi agak kurang mentereng jabatannya? Hmmm, entahlah.
Tapi lumayan lah ya, kan kalau mau tugas di KPK secara pribadi juga harus mencontohkan yang baik, masa iya LHKPN Deputi Penindakan terakhir di laporkan 2002, kecolongan sih itu namanya, weleeeh weleeh. (Z19)