Selama masa verifikasi faktual, ternyata masih banyak parpol yang tersandung dengan jumlah keterwakilan perempuan. Perempuan di parpol masih langka?
PinterPolitik.com
“Sangat jelas bahwa verifikasi parpol ini sangat memperlihatkan parpol memerlukan perempuan untuk bisa menjadi peserta pemilu.” ~ Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini
[dropcap]V[/dropcap]erifikasi faktual partai politik (Parpol) masih berlangsung, baik di pusat maupun daerah oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Dari 12 parpol yang saat ini sudah di verifikasi, sangat jelas terlihat kalau para parpol ternyata masih banyak yang belum memenuhi keterwakilan perempuan.
Padahal, sudah sejak lama KPU menyatakan kalau parpol harus memenuhi syarat 30 persen keterwakilan perempuan dalam pengurusan organisasinya. Nah, kalau di dalam tubuh partainya saja masih sulit memberikan peluang bagi perempuan untuk berkiprah, gimana mau ramah sama permasalahan perempuan nantinya?
Tapi naga-naganya, keterwakilan jadi semacam ‘beban’ tersendiri bagi sebagian parpol, kenapa begitu ya? Apakah karena partai mereka enggak ada yang bisa merayu, sehingga enggak ada perempuan yang mau bergabung? Atau mereka memang enggan melibatkan perempuan akibat ego laki-laki? Wah, menyedihkan sekali.
Keterwakilan perempuan di parlemen dan politik di setiap tingkat sangat penting. Ini menjadi tanggung jawab kita semua untuk memastikan perempuan juga punya suara. https://t.co/3zSu1M6orU
— wydii (@wydii_surabaya) 14 ноември 2017 г.
Politik, bagi perempuan memang bukan bidang yang menyenangkan. Banyaknya intrik, konspirasi, dan manipulasi, mungkin membuat ngeri dan rumit untuk digeluti. Padahal, perempuan itu kalau soal debat, seharusnya sih lebih mahir ya. Begitu juga soal sikut menyikut, sepertinya malah yang lebih ahli.
Enggak percaya? Coba saja masuk gerbong khusus perempuan di Kereta Komuter, terkadang perempuan jauh lebih sadis dan tanpa hati daripada laki-laki. Jadi seharusnya sih, perempuan bisa lebih tangguh dan ahli di bidang politik dibanding para laki-laki yang kerap “lemah” bila berhadapan dengan perempuan.
Jadi masa sih, para parpol itu enggak bisa mengincar perempuan-perempuan tangguh untuk dijadikan kadernya? Apa karena mereka enggak pernah naik Kereta Komuter? Atau jangan-jangan, parpol sendiri yang masih antipati pada adanya perempuan di politik? Haduh, hari gini masih mentingin patriarki??
Semoga saja dengan adanya verifikasi pada semua parpol ini, mampu memberikan peluang kembali bagi para perempuan untuk berkiprah di dunia politik. Sebab perempuan pun bagian dari negeri ini, sehingga hak-haknya harus ikut terwakili. (R24)