“Jika ada seorang yang menjanjikanmu sesuatu, seorang itu pastinya bukan sebuah masa depan. Karena masa depan takkan menjanjikan apapun kepada siapapun.”
PinterPolitik.com
[dropcap]G[/dropcap]ubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Sandiaga S. Uno dinilai telah merealisasikan 10 janji kampanyenya walau kepemimpinan baru berjalan lebih kurang 3 bulan. Weeeww.
Dimulai dari penutupan Hotel Alexis sampai akan dihadirkan kembali moda transportasi tradisional becak di DKI Jakarta. Percaya? Ya percaya tak percaya sih tapi… ah, syudahlah.
Bukan hanya manfaat programnya yang terasa tapi justru masyarakat lebih tercuri perhatiannya pada riuh rendahnya sisi boombastis dan sensasionalnya, weleeeeh weleeeeh.
Pemprov DKI seolah selalu mencari hal yang sensasional dan terkadang juga melawan arus. Apa karena butuh diperhatikan warga sehingga bisa selalu viral kayak Gubernur sebelumnya, uppssss weleeeh weleeeeeh.
Ya wajar aja, gimana ga berkesan coba, hampir disetiap program yang direalisasikan itu selalu saja ribut karena kontroversi. Ampun dah ah. Gara-gara inilah itulah, ggggrrrrrrrr.
Misalnya aja penataaan PKL di Tanah Abang yang jadi kontroversi, Pemprov menyediakan lahan berjualan namun menutup akses jalan di Pasar Tanah Abang. Katanya sih mengurangi pendapatan pedagang yang berjualan di dalam Pasar Blok G.
Terlebih lagi, pedagang Blok G yang sudah gembos penghasilannya, harus direlokasi ke tempat lain karena akan ada renovasi. Hmmm. Weleeeeh weleeeh.
Tapi dari 10 program yang sudah direalisasikan Anies – Sandi, sebenarnya hal ini didasari seperti lomba siapa tercepat atau gimana sih?
Terkesannya kok terburu-buru mengejar 100 hari kepemimpinan. Kan pas diambil sumpah bukan tentang 100 harinya, tapi tentang menuntaskan mandat hingga akhir periode.
Kalau selesainya 10 janji kampanye ini sesuai dengan harapan masyarakat, tentu 100 hari masa kepemimpinannya akan menjadi kesan baik untuk lima tahun ke depan, weleeeh weleeeeh.
Tapi, kalau penuntasan 10 janji kampanye Anies – Sandi ini hanya karena ingin ‘dipuji’ sehingga mungkin muncul istilah sistem kebut semalam penyelesaian janji kampanyenya, apalagi kalau hasilnya ternyata tak begitu maksimal?
Hmmm. Dapat kesan juga sih, tapi kesan buruk yang terus membayangi sampai akhir periode nantinya.
Coba mari lihat nih, kalau tentang penutupan Hotel Alexis itu kan bukan ditutup melainkan izin operasional yang tidak diperpanjang lagi.
Kontroversinya kan akan ditutup dengan berbagai gimmick yang dipertontonkan. Tapi sebenernya Anies – Sandi tak perlu keluar keringat, karena pas banget izin operasional Hotel Alexis itu abis.
Coba kalau izinnya masih panjang, ga tau deh bisa atau engganya melawan kekuatan Hotel Alexis. Weleeeeh weleeeeeh.
Jadi, Anies – Sandi, mau mengejar realisasi atau kontroversi? (Z19)