HomeBelajar PolitikSELAMA 2016, 766 BANJIR TEWASKAN 147 ORANG

SELAMA 2016, 766 BANJIR TEWASKAN 147 ORANG

Selama 2016, terjadi 766 bencana banjir, 612 longsor, 669 puting beliung, 74 kombinasi banjir dan longsor, 178 kebakaran hutan dan lahan, 13 gempa, 7 erupsi gunung meletus, dan 23 gelombang pasang dan abrasi.


pinterpolitik.com – Selasa, 3 Januari 2017

JAKARTA – Selama 2016 terjadi 766 banjir di Indonesia, yang menyebabkan 147 orang meninggal dunia, 107 luka, 2,72 juta penduduk mengungsi, dan 30.669 rumah rusak. Di antaranya, banjir besar melanda Pangkal Pinang, Kota Bandung, dan Kota Bima.

Kejadian lainnya yang paling banyak menelan korban jiwa adalah longsor. Pada 2016 tercatat 188 jiwa meninggal akibat longsor. Sebelumnya, 2015, korban tewas akibat longsor 135 orang.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, dalam siaran persnya, baru-baru ini, menyebutkan, selama 2016 terdapat 2.342 kejadian bencana, yang tercatat sebagai peristiwa bencana terbanyak sejak 2002. Sebagai perbandingan, pada 2015 terjadi 1.732 bencana, 2014 (1.967), 2013 (1.674), dan 2012 (1.811). Dibandingkan dengan kejadian bencana 2015, maka pada 2016 terjadi peningkatan kejadian bencana sekitar 35 persen.

Ia menguraikan, dari 2.342 bencana tersebut sekitar 92 persen adalah bencana hidrometeorologi, yang didominasi banjir, longsor, dan puting beliung. Selama 2016, terjadi 766 bencana banjir, 612 longsor, 669 puting beliung, 74 kombinasi banjir dan longsor, 178 kebakaran hutan dan lahan, 13 gempa, 7 erupsi gunung meletus, dan 23 gelombang pasang dan abrasi.

Dampak bencana-bencana tersebut, 522 orang meninggal dunia dan hilang, 3,05 juta penduduk mengungsi, 69.287 rumah rusak, dan 2.311 unit fasilitas umum rusak.

Dikemukakan, tidak jelasnya musim kemarau, tetapi kemarau basah, selama 2016, menyebabkan banjir, longsor, dan puting beliung meningkat. Bahkan saat puncak musim kemarau pun terjadi banyak banjir dan longsor. Sedangkan kebakaran hutan dan lahan, serta kekeringan berkurang signifikan.

Kebakaran hutan dan lahan dapat dikendalikan. Pencegahan yang dilakukan serius oleh Pemerintah Pusat dan pemda menyebabkan jumlah hotspot menurun 80 persen dibandingkan tahun 2015.

Untuk bencana geologi, selama 2016 terjadi 5.578 gempa bumi atau rata-rata 460 gempa setiap bulan. Di antaranya, 12 gempa yang merusak. Gempa paling merusak adalah gempa Pidie Jaya pada 7/12/2016 yang menyebabkan 103 orang meninggal dunia, 267 luka berat, 127 luka berat, dan 91.267 jiwa mengungsi.

Sedangkan untuk bencana letusan gunungapi, hingga saat ini tercatat 16 gunungapi aktif dari 127 gunungapi yang statusnya di atas normal. Di antaranya, 1 status Awas (level 4) dan 15 status Waspada (level 2). Sistem peringatan dini gunungapi dinilai sudah berjalan dengan baik.

Selama 2016, Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, terus meletus. Sejak 2/6/2015 hingga sekarang Gunung Sinabung berstatus Awas (level 4).

Menurut Sutopo, meningkatnya bencana tersebut menuntut upaya pengurangan risiko bencana perlu ditingkatkan. Budaya sadar bencana masih cukup rendah. Jutaan warga Indonesia masih tinggal di daerah rawan bencana dengan tingkat mitigasi bencana yang rendah. (E19)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Kok Megawati Gak Turun Gunung?

Ketua Umum (Ketum) PDIP, Megawati Soekarnoputri hingga kini belum terlihat ikut langsung dalam kampanye Pilkada. Kira-kira apa alasannya? 

Berani Prabowo Buka Pandora Papers Airlangga?

Ramai-ramai bicara soal kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) 12 persen yang disertai dengan protes di media sosial, tiba-tiba juga ramai pula banyak akun men-share kembali kasus lama soal nama dua pejabat publik – Airlangga Hartarto dan Luhut Pandjaitan – yang di tahun 2021 lalu disebut dalam Pandora Papers.

“Sekolam” Ahok, Kesaktian Anies Luntur?

Keputusan Anies Baswedan meng-endorse Pramono Anung-Rano Karno di Pilkada Jakarta 2024 memantik interpretasi akan implikasi politiknya. Utamanya karena Anies pada akhirnya satu gerbong dengan eks rivalnya di 2017 yakni Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan PDIP serta tendensi politik dinasti di dalamnya, termasuk yang terjadi pada Pramono.

Siasat Prabowo Akui Sengketa LCS

Pemerintahan Prabowo disorot karena ‘akui’ klaim tumpang tindih LCS dalam joint statement Tiongkok. Mungkinkah ada siasat strategis di baliknya?

Rahasia Triumvirat Teddy, AHY, dan Hegseth?

Terdapat kesamaan administrasi Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump dengan Presiden Prabowo Subianto, yakni mempercayakan posisi strategis kepada sosok berpangkat mayor. Kiranya, terdapat rahasia tertentu di balik kesamaan itu yang dapat mendukung support dalam dimensi tertentu ke pemerintahan masing-masing. Mengapa demikian?

Anies Di-summon PKS!

Ahmad Syaikhu in a battle against Dedi be like, “I summon Anies Baswedan!”  #Anies #AniesBaswedan #PilkadaJawaBarat #AhmadSyaikhu #IlhamHabibie #PKS #pinterpolitik #infografis #politikindonesia #beritapolitik #beritapolitikterkini

Betulkah Jokowi Melemah? 

Belakangan mulai muncul pandangan bahwa pengaruh politik Jokowi kian melemah, hal tersebut seringnya diatribusikan dengan perkembangan berita judi online yang kerap dikaitkan dengan Budi Arie, dan kabar penangguhan jabatan doktor Bahlil Lahadalia, dua orang yang memang dulu disebut dekat dengan Jokowi. Tapi, apakah betul Jokowi sudah melemah pengaruhnya? 

Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?

Dua negara menjadi tujuan utama Prabowo saat melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya pasca dilantik sebagai presiden: Tiongkok dan Amerika Serikat.

More Stories

Infrastruktur Ala Jokowi

Presiden juga menjelaskan mengenai pembangunan tol. Mengapa dibangun?. Supaya nanti logistic cost, transportation cost bisa turun, karena lalu lintas sudah  bebas hambatan. Pada akhirnya,...

Banjir, Bencana Laten Ibukota

Menurut pengamat tata ruang, Yayat Supriatna, banjir di Jakarta disebabkan  semakin berkurangnya wilayah resapan air. Banyak bangunan yang menutup tempat resapan air, sehingga memaksa...

E-KTP, Dampaknya pada Politik

Wiranto mengatakan, kegaduhan pasti ada, hanya skalanya jangan sampai berlebihan, sehingga mengganggu aktivitas kita sebagai bangsa. Jangan juga mengganggu mekanisme kerja yang  sudah terjalin...