“Begadang jangan begadang, kalau tiada artinya. Begadang boleh saja, kalau ada perlunya.” ~ Rhoma Irama
PinterPolitik.com
[dropcap]D[/dropcap]alam menentukan pilihan memang memerlukan banyak pertimbangan. Semua pengorbanan ini merupakan konsekuensi logis untuk sebuah hasil putusan yang maksimal.
Supaya hasil tak mengecewakan, relakah membebani lebih pikiran, tenaga dan waktu? Tentu jawabannya pasti iya. Apalagi perihal penentuan calon kepala daerah yang diusung oleh partai politik di Pilkada Serentak 2018.
Weeeew, pasti harus menghitung detik, menit, jam, sampe berbulan-bulan kali ya menimbangnya? Si anu bisa ga ya? Kira-kira menang ga ya? Weleeeh weleeh. Gapapa lah lima tahun sekali dibikin pusing sama ginian.
Biasanya kan masyarakat yang sering dibikin pusing sama politikus karena korupsi atau apalah. Hufffftt. Sekarang gantian ya.
Para calon kepala daerah itu awalnya harus dipilih melalui hak prerogatif Ketua Umum partai, tentunya pasti si Ketua Umum sendiri pun membutuhkan waktu yang lama untuk menimbang-bimbang siapakah yang layak dan ‘laku’ di lempar ke masyarakat.
Hmmm takut banget kalah, kalau calonnya bisa bermanfaat jangan takut ga laku ah, wkwkwk,
Salah satunya, Megawati Soekarnoputri yang rela mengurangi waktu tidurnya alias begadang, demi memikirkan siapa yang layak diusung PDI Perjuangan untuk jadi kepala daerah. Wedeewww, totalitas sekali Ketua Umum yang satu ini.
Alhasil, sudah ada enam calon Gubernur dan wakil Gubernur yang akan diorbitkan PDI Perjuangan untuk menjadi petarung di Pilkada wilayah masing-masing.
Karena sudah totalitas, kira – kira pilihan Megawati bagaimana? Jangan sampai begadangnya mantan Presiden RI ini tak membawa arti apa – apa. Weleeeeh weleeeh, sayang sekali kalau begitu.
Untuk Pilgub Jawa Tengah, Megawati sebenarnya tak usah pusing. Majukan kembali saja Ganjar si petahana. Selesai urusan. Ngapain begadang coba kalau mikirnya gini doang?
Untuk Pilgub Jawa Barat, Megawati memilih TB Hasannudin – Anton Charliyan, kolaborasi TNI-Polri. Tapi justru hasil begadangnya Megawati sakiti hati Ridwal Kamil yang gagal diusung. Hmm, teganya, weleeeh weleeeh.
Untuk Pilgub Sumut, Megawati memilih politikus nomaden yang punya catatan kekalahan di Pilgub DKI Jakarta. Kok mau ya pilih yang udah pernah kalah.
Kita bisa simpulkan lah kira-kira berguna tidak begadangnya Megawati untuk pikirkan calon kepala daerah? Sepertinya… (Z19)