HomeHeadlineDidit The Peace Ambassador?

Didit The Peace Ambassador?

Kecil Besar

Dengarkan artikel ini:

Audio ini dibuat menggunakan AI.

Safari putra Presiden Prabowo Subianto, Ragowo Hediprasetyo Djojohadikusumo atau Didit, ke tiga presiden RI terdahulu sangat menarik dalam dinamika politik terkini. Terlebih, dalam konteks yang akan sangat menentukan relasi Presiden Prabowo, Joko Widodo (Jokowi), dan Megawati Soekarnoputri. Mengapa demikian?


PinterPolitik.com

Ragowo Hediprasetyo Djojohadikusumo atau Didit Hediprasetyo, putra Presiden Prabowo Subianto menjadi spotlight dinamika terbaru politik level tertinggi Tanah Air.

Setelah mengundang putra-putri Presiden RI pertama hingga ke-7 ke acara hari ulang tahunnya dan menunjukkan semangat keharmonisan, belakangan Didit seolah memainkan peran unik.

Peran unik itu tak lain tercermin dari safari ke tiga Presiden RI terdahulu, yakni Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), hingga Joko Widodo (Jokowi) dalam bingkai silaturahmi Hari Raya Idul Fitri 2025 ini.

Menariknya, di tengah tensi tak kasat mata di pemberitaan mengenai interkoneksi sedikit rumit di antara Megawati-PDIP dan Jokowi, plus SBY, Didit tampak diterima dengan baik oleh ketiga presiden terdahulu.

Hal ini tentu cukup positif dalam konteks persatuan dan konsolidasi politik pemerintahan sang ayah, Prabowo, yang agaknya ingin merangkul semua pihak dan mengesampingkan perbedaan maupun intrik di masa lalu demi kepentingan bangsa.

Terlebih, dengan wacana pertemuan Prabowo dan Megawati yang belakangan masih urung terlaksana dan kiranya akan sangat menentukan situasi politik-pemerintahan ke depan.

Lantas, mengapa hal ini menjadi penting?

Delegasi Pamungkas Prabowo?

Restu Presiden Prabowo atas safari Didit belakangan ini, plus invitasi putra-putri presiden terdahulu kiranya menjadi variabel utama dalam diskursus ini.

Didit seketika menjadi sorotan publik setelah beberapa manuver politik yang melibatkan pertemuan dengan mantan-mantan presiden Indonesia, yaitu Megawati Soekarnoputri, SBY, dan Jokowi.

Langkahnya untuk berkunjung langsung ke tiga presiden Indonesia terdahulu semakin memperlihatkan peran unik yang dimainkan oleh Didit dalam percaturan politik tanah air.

Dalam konteks ini, Didit seolah-olah ingin menunjukkan atau ditunjukkan bahwa dirinya bukan hanya sekadar sosok yang menjadi bagian dari keluarga besar Prabowo, tetapi juga seseorang yang dapat berperan dalam menjembatani hubungan antar pihak-pihak yang sebelumnya memiliki hubungan yang rumit atau bahkan tegang, seperti hubungan antara PDIP dan Jokowi dengan Prabowo serta SBY.

Baca juga :  Prabowo dan Lahirnya Gerakan Non-Blok 2.0?

Di tengah tensi politik yang kerap mengiringi berita seputar hubungan antara Megawati-PDIP dan Jokowi, serta hubungan antara Prabowo dengan SBY, langkah Didit untuk mendekati dan diterima baik oleh ketiga mantan presiden ini menunjukkan adanya potensi besar dalam membawa politik Indonesia menuju arah yang lebih inklusif dan harmonis.

Meskipun pertemuan antara Prabowo dan Megawati hingga saat ini masih belum terlaksana, manuver Didit praktis bisa dilihat sebagai bagian dari usaha konsolidasi politik yang ingin mempererat hubungan antar aktor politik besar Indonesia, termasuk di antaranya dengan melibatkan pihak-pihak yang selama ini terpisah oleh perbedaan-perbedaan ideologis dan politik.

Secara teoretis, peran yang dimainkan oleh Didit Hediprasetyo dapat dikaitkan dengan konsep politik kekuasaan dan politik kekeluargaan.

Politik kekuasaan berhubungan dengan kontrol dan pengaruh yang dimiliki oleh individu atau kelompok dalam mempengaruhi keputusan-keputusan penting dalam pemerintahan.

Dalam hal ini, Didit memanfaatkan posisinya sebagai putra dari seorang tokoh politik besar, Prabowo Subianto, untuk memainkan peran sebagai jembatan dalam hubungan antar politikus senior Indonesia.

Mengunjungi mantan-mantan presiden dan diterima dengan baik oleh mereka bisa dilihat sebagai bagian dari usaha membangun koalisi kekuasaan informal yang lebih luas.

Politik kekeluargaan dalam konteks Indonesia juga sering berperan penting, terutama dalam sistem politik yang masih memiliki nuansa patronase yang kuat.

Didit, dengan latar belakang keluarganya yang sangat berpengaruh, memiliki potensi besar untuk memanfaatkan hubungan pribadi untuk membangun aliansi dan menciptakan ruang bagi kolaborasi antar pihak yang memiliki kekuatan politik yang berbeda.

Dalam hal ini, Didit lebih dilihat sebagai figur yang bisa meredakan ketegangan politik, bukannya langsung terlibat dalam pertarungan politik praktis yang lebih keras. Tentu, mengingat Didit bukanlah aktor atau pemain inti dalam politik praktis.

Sebagai sintesa, terdapat beberapa individu yang memainkan peran penting dalam membangun hubungan antar berbagai faksi politik, meskipun tidak secara langsung terlibat dalam eksekusi kebijakan.

Salah satu contoh adalah Augustus Caesar (Octavianus), yang memanfaatkan ikatan keluarga dan jaringan politiknya untuk memperkokoh posisinya dalam politik Romawi.

Baca juga :  Prabowo Lost in Translation

Meskipun tidak langsung terlibat dalam konflik-konflik besar, Augustus dikenal memiliki kemampuan untuk menjaga hubungan dengan faksi-faksi politik besar, dan ini tampak serupa tapi tak sama dengan apa yang sedang dilakukan oleh Didit di Indonesia.

Di Yunani Kuno, konsep demokrasi langsung mungkin lebih terbuka, namun juga melibatkan banyak elemen keluarga dan persahabatan dalam proses pembuatan keputusan politik.

Melalui pertemuan dengan mantan presiden dan upaya untuk merangkul semua pihak, Didit mengadopsi strategi serupa, yaitu menjaga keseimbangan kekuasaan dan merawat hubungan politik yang dapat menguntungkan bagi ayahnya, Prabowo Subianto, serta harapan utamanya, bagi masa depan politik Indonesia.

Kemudian, bagaimana kiranya hasil akhir dari manuver krusial yang dilakukan oleh Didit dalam memengaruhi dinamika politik-pemerintahan level tertinggi saat ini?

Menanti Respons Megawati?

Sekali lagi, meskipun pertemuan antara Prabowo dan Megawati masih belum terlaksana, langkah Didit dapat dilihat sebagai jembatan yang membuka peluang untuk dialog yang lebih konstruktif.

Keharmonisan yang tercipta melalui silaturahmi Idul Fitri dapat menjadi simbol penting dari kemampuan politik Indonesia untuk mengatasi polarisasi.

Dalam jangka panjang, hal ini bisa membuka peluang bagi Prabowo dan PDIP untuk bergabung dalam satu pemerintahan yang lebih solid.

Dalam jangka panjang, hal ini bisa membuka peluang bagi Prabowo dan PDIP untuk bergabung dalam satu pemerintahan yang lebih solid.

Dengan eksistensi, peran yang berusaha dimaikan, serta safarinya, Didit seolah menunjukkan bahwa politik Indonesia tidak harus selalu dipenuhi oleh konflik atau kompetisi yang tidak sehat dan penuh drama serta intrik.

Jika langkah ini berhasil, hal ini bisa membuka jalan bagi konsolidasi politik yang lebih stabil di Indonesia. Apalagi, regenerasi seakan tinggal menunggu waktu yang tak lama lagi.

Dan, andai respons Megawati positif, korelasi dengan Jokowi dan SBY pun bukan tidak mungkin akan berjalan positif seperti yang diharapkan. Ditambah dengan relasi di antara Puan Maharani, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Gibran Rakabuing Raka yang saat ini memiliki kuasa sebagai Wakil Presiden RI. Menarik untu ditunggu kelanjutannya. (J61)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Nadir Pariwisata: Kita Butuh IShowSpeed

Kondisi sektor pariwisata Indonesia kini berada di titik nadir. Di balik layar kebijakan dan pernyataan resmi pemerintah, para pelaku industri perhotelan sedang berjuang bertahan dari badai krisis.

Prabowo dan Lahirnya Gerakan Non-Blok 2.0?

Dengan Perang Dagang yang memanas antara AS dan Tiongkok, mungkinkah Presiden Prabowo Subianto bidani kelahiran Gerakan Non-Blok 2.0?

Kongres, Mengapa Megawati Diam Saja?

Dengarkan artikel ini. Audio ini dibuat dengan teknologi AI. Kongres ke-6 PDIP disinyalir kembali tertunda setelah sebelumnya direncanakan akan digelar Bulan April. Mungkinkah ada strategi...

Di Balik Kisah Jokowi dan Hercules?

Tamu istimewa Joko Widodo (Jokowi) itu bernama Rosario de Marshall atau yang biasa dikenal dengan Hercules. Saat menyambangi kediaman Jokowi di Solo, kiranya terdapat beberapa makna yang cukup menarik untuk dikuak dan mungkin saja menjadi variabel dinamika sosial, politik, dan pemerintahan.

Prabowo dan Strategi โ€œCari Musuhโ€

Presiden Prabowo bertemu dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri pada Senin (7/4) kemarin. Mengapa Prabowo juga perlu "cari musuh"?

Hegemoni Dunia dan Misteri โ€œThree Kingdomsโ€ 

Di dalam studi politik internasional, perdebatan soal sistem seperti unipolarisme, bipolarisme, dan multipolarisme jadi topik yang memicu perbincangan tanpa akhir. Namun, jika melihat sejarah, sistem hegemoni seperti apa yang umumnya dibentuk manusia? 

The Game: PDIP Shakes the Cabinet?

Pertemuan Prabowo dan Megawati menyisakan tanda tanya dan sejuta spekulasi, utamanya terkait peluang partai banteng PDIP diajak bergabung ke koalisi pemerintah.

Saga Para Business-Statesman

Tak lagi seputar dikotomi berlatarbelakang sipil vs militer, pengusaha sukses yang โ€œtelah selesai dengan dirinya sendiriโ€ lalu terjun ke politik dinilai lebih ideal untuk mengampu jabatan politis serta menjadi pejabat publik. Mengapa demikian?

More Stories

Di Balik Kisah Jokowi dan Hercules?

Tamu istimewa Joko Widodo (Jokowi) itu bernama Rosario de Marshall atau yang biasa dikenal dengan Hercules. Saat menyambangi kediaman Jokowi di Solo, kiranya terdapat beberapa makna yang cukup menarik untuk dikuak dan mungkin saja menjadi variabel dinamika sosial, politik, dan pemerintahan.

Saga Para Business-Statesman

Tak lagi seputar dikotomi berlatarbelakang sipil vs militer, pengusaha sukses yang โ€œtelah selesai dengan dirinya sendiriโ€ lalu terjun ke politik dinilai lebih ideal untuk mengampu jabatan politis serta menjadi pejabat publik. Mengapa demikian?

How About Dascoโ€™s Destiny?

Peran, manuver, serta konstruksi reputasi Sufmi Dasco Ahmad kian hari seolah kian membuatnya tampak begitu kuat secara politik. Lalu, mengapa itu bisa terjadi? Serta bagaimana peran Dasco dalam memengaruhi dinamika politik-pemerintahan dalam beberapa waktu ke depan?