HomeHeadlineAnies-Mahfud Perlu “Dikantongi” Prabowo? 

Anies-Mahfud Perlu “Dikantongi” Prabowo? 

Dengarkan artikel berikut. Audio ini dibuat dengan teknologi artificial intelligence (AI).

Eks-rival Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden 2024 (Pilpres 2024), yakni Anies Baswedan dan Mahfud MD belakangan semakin menunjukkan gestur positif terhadap Prabowo. Apakah seharusnya Prabowo merangkul mereka? 


PinterPolitik.com 

Kendati Pemilihan Presiden 2024 (Pilpres 2024) telah usai, kiprah politik para kontestan yang kalah dalam pentas demokrasi terbesar Indonesia tersebut diprediksi akan masih sangat panjang, khususnya dua nama yang sampai sekarang masih cukup eksis dalam hiruk-pikuk politik, yakni Anies Baswedan dan Mahfud MD. 

Menariknya, meskipun pernah berada di kubu yang berseberangan, belakangan ini keduanya menunjukkan tanda-tanda keterbukaan terhadap kepemimpinan Presiden Prabowo. Misalnya, Anies baru-baru ini memperlihatkan sikap positif saat menghadiri acara perpisahan Dubes Australia untuk Indonesia, Penny Williams (11/1/2025). Dalam acara tersebut, ia terlihat akrab bercengkerama dengan Hashim Djojohadikusumo dan Fadli Zon, yang dikenal sebagai orang-orang terdekat Prabowo. 

Di sisi lain, sikap Mahfud yang lebih “lunak” terhadap Prabowo tampak dari unggahan di kanal YouTube-nya, Mahfud MD Official. Dalam berbagai video, Mahfud tidak hanya membahas isu politik dan hukum, tetapi juga menyisipkan komentar positif tentang Prabowo. Salah satunya adalah ketika ia menyebut Prabowo sebagai salah satu dari 10 pemimpin dunia paling berpengaruh versi Straits Times

Hal-hal ini lantas memantik pertanyaan terkait relasi mereka berdua dengan Prabowo di masa depan. Dengan gestur Anies dan Mahfud yang semakin positif kepadanya, mungkinkah Prabowo pada akhirnya memilih untuk “merangkul” mereka? 

image

Belajar dari Sun Tzu 

Prabowo Subianto, sebagai politisi paling penting di Indonesia saat ini, memikul tugas besar untuk memastikan stabilitas politik dan keberlanjutan agenda pemerintahannya. Salah satu langkah strategis yang perlu dipertimbangkan adalah merangkul Anies Baswedan dan Mahfud MD. Langkah ini tidak hanya akan memperkuat barisan pendukung Prabowo tetapi juga sejalan dengan prinsip klasik politik dari Sun Tzu, “You must keep your friends close, but your enemies closer.” 

Baca juga :  Hasto vs Jokowi, Benarkah Prabowo AFK?

Sun Tzu, yang merupakan ahli strategi dan filsuf ternama dari Tiongkok kuno, mengajarkan bahwa menjaga musuh tetap dekat adalah cara untuk memahami kekuatan dan kelemahan mereka, serta memastikan mereka tidak berkembang menjadi ancaman yang lebih besar. Dalam konteks ini, merangkul Anies dan Mahfud bukan berarti menyerah pada rivalitas, melainkan sebuah strategi untuk memanfaatkan kekuatan mereka demi kepentingan bersama. 

Dengan menunjukkan bahwa ia dapat bekerja sama dengan mantan rivalnya, Prabowo juga mengirim pesan bahwa pemerintahannya tidak akan bersifat eksklusif atau partisan. Hal ini akan memperkuat posisinya sebagai pemimpin nasional yang inklusif, membuka peluang kolaborasi lebih luas, dan menciptakan stabilitas politik yang lebih solid. 

Merangkul Anies dan Mahfud, maka dari itu, adalah langkah yang cerdas untuk menyatukan kekuatan politik, mengurangi ancaman dari kubu oposisi, dan memastikan potensi besar kedua tokoh ini dimanfaatkan untuk mendukung visi Indonesia yang lebih maju. Sebagai presiden, Prabowo harus mampu melihat peluang ini sebagai bagian dari strategi politik yang jangka panjang dan berkelanjutan. 

Terlebih lagi, Anies dan Mahfud bukanlah politisi biasa. Keduanya memiliki modal politik yang kuat. Anies dikenal sebagai sosok yang mendapatkan perhatian luas dari kelompok pemilih urban, intelektual, dan Muslim moderat. Sementara itu, Mahfud MD memiliki reputasi sebagai tokoh hukum yang dihormati dan seringkali menjadi suara independen dalam diskursus politik dan hukum nasional. 

Potensi besar mereka menjadikan keduanya aset politik yang tidak bisa diabaikan. Jika tidak dirangkul, ada kemungkinan mereka akan dimanfaatkan oleh pihak-pihak lain yang dapat menjadi lawan politik Prabowo di masa depan. Dengan membangun hubungan positif dengan Anies dan Mahfud, sekali lagi, Prabowo tidak hanya akan mengeliminasi potensi ancaman, tetapi juga memperluas basis dukungannya di berbagai lapisan masyarakat. 

Baca juga :  “Benalu”, Budi Arie Perlu "Digunting”?

Menariknya, jika Prabowo bisa lakukan ini, sejatinya ia pun bisa mengulangi kesuksesan yang dialami dirinya dalam menyambut Pilpres 2024 silam.

image

Prabowo Juga Dulu Dirangkul 

Merangkul Anies Baswedan dan Mahfud MD bukan hanya tentang mengakomodasi dua tokoh politik dengan potensi besar, tetapi juga tentang menciptakan stabilitas dan memperkuat posisi politik Prabowo Subianto di masa depan.  

Pengalaman masa lalu tampaknya dapat menjadi pelajaran berharga bagi Prabowo. Pada 2019, Jokowi pun mengambil langkah strategis serupa, dengan merangkul Prabowo ke dalam pemerintahannya, meskipun sebelumnya mereka adalah rival sengit dalam Pilpres. Keputusan itu bukan hanya mencairkan ketegangan politik, tetapi juga pada akhirnya menguntungkan kedua pihak. 

Bagi Jokowi, kehadiran Prabowo sebagai menteri pertahanan memperkuat citra inklusif pemerintahannya dan mengurangi resistensi oposisi. Sementara itu, bagi Prabowo, keputusan untuk bergabung dalam kabinet membuka jalan menuju rekonsiliasi politik dan membangun kembali citranya sebagai tokoh nasional. Hubungan baik yang terjalin antara keduanya sejak 2019 terbukti menjadi salah satu faktor penting yang mengantarkan Prabowo ke posisi puncak dalam Pilpres 2024. 

Konteks ini dapat menjadi inspirasi bagi Prabowo untuk melakukan hal serupa kepada Anies dan Mahfud. Dengan merangkul mereka, Prabowo tidak hanya memperkuat basis politiknya tetapi juga membuka peluang untuk membangun aliansi strategis menjelang Pemilu 2029. Seperti halnya Jokowi yang melihat potensi besar dalam Prabowo pada 2019, Prabowo juga perlu melihat bahwa Anies dan Mahfud, dengan semua modal politik mereka, lebih baik berada di pihaknya daripada menjadi lawan.  

Langkah ini tidak hanya akan menciptakan stabilitas jangka pendek, tetapi juga memperkuat fondasi untuk membangun pemerintahan yang lebih inklusif, harmonis, dan kuat di masa depan. Strategi ini, jika dilakukan dengan tepat, dapat menjadi warisan politik penting bagi Prabowo, sekaligus menciptakan preseden baru dalam rekonsiliasi dan kolaborasi politik di Indonesia. (D74) 

spot_imgspot_img

#Trending Article

Prabowo, Amartya Sen, dan Orde Baru

Program Makan Siang Bergizi (MBG) alias makan siang gratis yang kini sudah dijalankan oleh pemerintahan Prabowo Subianto nyatanya punya visi yang serupa dengan program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) yang merupakan program di era Orde Baru.

Hasto vs Jokowi, Benarkah Prabowo AFK?

Tak berkomentar atau memberikan statement khusus menjadi hal normatif yang kiranya tepat dilakukan Presiden Prabowo Subianto terhadap intrik panas kasus Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto yang berhadapan langsung dengan Joko Widodo. Padahal, drama yang dibumbui video skandal pejabat itu berkelindan dengan proyeksi stabilitas politik dan pemerintahan ke depan.

Prabowo and the Hero Complex

Kisah seorang pahlawan (hero) selalu menciptakan inspirasi di hati banyak orang. Mengapa makna ini begitu berarti bagi Presiden Prabowo Subianto?

Mengapa Era Keemasan Sains Orba Hilang? 

Indonesia sempat alami euforia sains dan imajinasi yang tinggi ketika awal hingga pertengahan Orde Baru. Mengapa tren tersebut tiba-tiba hilang? 

The Invincible Bahlil and The Philosopher King

Dengarkan artikel ini: Meski kerap dikritik dan dianggap kontroversial, nyatanya sosok Bahlil Lahadalia harus diakui jadi inspirasi bagi banyak orang. Meniti karier dari pelosok,...

Menguak “Beban” Erick Pecat STY

Pemecatan pelatih Timnas Sepak Bola Pria Indonesia oleh PSSI meninggalkan interpretasi karena dua untaian frasa “mencurigakan” yang terujar dari Erick Thohir dan anak Shin Tae-yong, yakni “dinamika kompleks” dan “perlakuan PSSI”. Bahkan, sesuatu hingga ke ranah yang bertendensi politis. Benarkah demikian?

Inayah Wahid, “Rhaenyra” of Trah Gus Dur?

Bukan Alissa, Yenny, maupun Anita, sosok Inayah Wahid justru yang paling mirip Presiden RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur)? Mengapa demikian?

Ambang Batas MK: Anies “Ancam” Jokowi?

Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) hilangkan kewajiban ambang batas presiden (PT). kesempatan Anies untuk “ancam” pengaruh Jokowi?

More Stories

Mengapa Era Keemasan Sains Orba Hilang? 

Indonesia sempat alami euforia sains dan imajinasi yang tinggi ketika awal hingga pertengahan Orde Baru. Mengapa tren tersebut tiba-tiba hilang? 

Semakin Sulit Megawati Percaya Puan?

Kongres 2025 PDIP sudah di depan mata. Akankah ada pergantian pucuk kepemimpinan, atau terlalu dini bagi Megawati Soekarnoputri untuk mencari pengganti dirinya?  

Megawati Harus Ubah Sikap PDIP?

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) belakangan menghadapi dinamika yang cukup memberatkan. Kira-kira bagaimana Partai Banteng Moncong Putih akan menjadikan ini sebagai pelajaran untuk langkah-langkahnya ke depan?