HomeNalar PolitikPuan-Kaesang, ‘Rekonsiliasi’ Jokowi-Megawati?

Puan-Kaesang, ‘Rekonsiliasi’ Jokowi-Megawati?

Dengarkan artikel ini:

Audio ini dibuat menggunakan AI.

Ketua Umum (Ketum) PSI Kaesang Pangarep diwacanakan untuk segera bertemu dengan Ketua DPP PDIP Puan Maharani. Mungkinkah akan ada rekonsiliasi antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri.


PinterPolitik.com

“Jingga nggak bermaksud buat bikin ayah sama ibu malah berantem” – Jingga, Suara Hati Istri (2020)

Arimbi harus menghadapi persoalan yang pelik. Rumah tangganya kini terancam dengan berbagai ancaman dari luat.

Belum lagi, suaminya, Galih selalu mengeluh dengan biaya rumah tangga yang terus membengkak. Padahal, uang itu digunakan untuk membiayai biaya pengobatan anak mereka yang sedang sakit. 

Konflik-pun memuncak hingga pertengkaran terjadi di ruang tengah rumah mereka. Suara teriakan dan bentakan ini terdengar oleh sang anak yang bernama Jingga.

Jingga-pun langsung lari keluar dari kamarnya untuk melerai ayah dan ibu mereka. “Jingga nggak bermaksud buat bikin ayah sama ibu malah berantem,” ucap Jingga kepada Arimbi dan Galih.

Akankah Arimbi dan Galih berdamai lagi dengan kehadiran Jingga? Well, lebih baik jangan menunggu kelanjutan ceritanya di PinterPolitik.com, melainkan di sinetron yang berjudul Suara Hati Istri (2020).

Terlepas dari kisah Arimbi, Galih, dan Jingga ini, situasi pertengkaran dalam rumah ini kerap terjadi, apalagi dalam politik. Konflik politik tidak dipungkiri kini tengah terjadi di “rumah” keluarga banteng (baca: PDIP).

Pasalnya, pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 kemarin, Presiden Joko Widodo (Jokowi) justru tidak mendukung capres PDIP, melainkan capres Gerindra yang juga merupakan menteri pertahanannya (Menhan), yakni Prabowo Subianto. 

Situasi ini akhirnya membuat hubungan Jokowi dan PDIP memburuk. Bahkan, banyak tersebar pernyataan dan amarah dari Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri.

Kini, menjelang kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024, nama putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep, mencuat dalam bursa di beberapa daerah. Nama Kaesang-pun turut menarik perhatian Ketua DPP PDIP Puan Maharani, putri dari Megawati.

Baca juga :  Ketemu Jokowi atau Raja Jawa?

Keduanya juga diwacanakan akan bertemu. Mungkinkah Puan dan Kaesang akan menjadi alasan Jokowi dan Megawati untuk bersatu di masa mendatang?

Puan, Putri Penyambung ‘Hati’?

Sebenarnya, bukan kali ini saja Megawati memiliki musuh politik yang berkepanjangan. Namun, dalam suasana-suasana permusuhan itu, Puan kerap hadir sebagai penyambung antara Megawati dan musuh-musuhnya.

Hal ini pernah ditulis dalam tulisan PinterPolitik.com yang berjudul Puan Maharani ‘Reborn’?. Dalam tulisan itu, dijelaskan bahwa, tidak hanya Megawati, ayah Puan, Taufiq Kiemas, turut memiliki sumbangsih dalam nilai-nilai yang diinternalisasi Puan.

Almarhum Taufiq dikenal sebagai politikus yang lihai dalam bermanuver. Ketika PDIP menjadi partai oposisi bagi pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), misalnya, Taufiq kerap menjadi penghubung antara PDIP dan SBY.

Puan-pun menjadi salah satu politikus muda yang kerap diajak oleh Taufiq. Alhasil, Puan kini juga menjadi jembatan antara keluarga SBY dan Megawati.

Kini, hal yang sama bisa jadi tengah dilakukan oleh Puan. Pasalnya, Jokowi dan Megawati kini menjadi semacam dua kutub yang saling berseberangan.

PDIP sendiri tidak dapat dipungkiri mengalami perpecahan akibat Pilpres 2024. Bukan tidak mungkin, Puan dengan jalan politik Kiemas-ian-nya akan menjadi penghubung di antara kubu-kubu yang terpecah ini.

Jika berhasil, ini juga bisa menjadi modal sosial bagi Puan. Modal sosial ini juga bisa dimanfaatkan menjadi modal politik bagi dirinya bila suatu saat nanti ingin maju dalam kontestasi Pemilu di masa mendatang.

Namun, dinamika apa yang sebenarnya turut bisa mendasari kemungkinan ini? Mengapa kemungkinan ini bisa mengubah keseimbangan politik ke depannya?

Mungkinkah Rekonsiliasi Jokowi-Megawati?

Bukan tidak mungkin, kemungkinan pertemuan ini menggambarkan dinamika permainan politik ke depannya yang akan diisi oleh tiga pemain utama, yakni Jokowi, PDIP, dan pemain ketiga seperti Anies Baswedan yang kemungkinan akan maju di Pilkada Jakarta 2024.

Dalam konteks teori permainan (game theory), ini dapat dianalisis sebagai permainan dengan tiga pemain yang memiliki strategi dan kepentingan masing-masing. Permainan ini dapat dilihat sebagai permainan non-kooperatif di mana setiap pemain berusaha memaksimalkan keuntungan politiknya sendiri. 

Dalam hal ini, Jokowi, Megawati, dan Anies masing-masing adalah pemain yang membuat keputusan strategis berdasarkan tindakan dan reaksi satu sama lain. Jokowi membutuhkan dukungan Megawati untuk memastikan bahwa basis suara PDIP tetap solid di belakang calon yang didukungnya. 

Ini penting karena, tanpa dukungan penuh dari PDIP, calon yang diusungnya bisa kehilangan dukungan signifikan, terutama di Jakarta yang merupakan salah satu pusat kekuasaan politik di Indonesia. 

Dalam teori permainan, situasi ini bisa digambarkan sebagai permainan dengan “Nash Equilibrium,” di mana setiap pemain memilih strategi yang optimal mengingat strategi yang dipilih oleh pemain lainnya.

Jika Jokowi berhasil meyakinkan Megawati, maka kombinasi kekuatan politik ini bisa menjadi kekuatan yang sangat sulit dikalahkan dalam kontestasi Pilkada 2024. Selain itu, dengan adanya kemungkinan pertemuan antara Kaesang dan Puan, ini bisa menjadi sinyal kuat bahwa ada kemungkinan kesepakatan strategis di balik layar. 

Dalam situasi tiga pemain ini, strategi aliansi antara Jokowi dan Megawati dapat menggoyahkan peluang Anies Baswedan, yang diprediksi akan maju dengan dukungan kuat dari sejumlah partai, apalagi PDIP sempat melirik untuk mengusung Anies juga. Menarik untuk diamati kelanjutannya. (A43)


spot_imgspot_img

#Trending Article

Taktik Psikologis di Balik Pembekalan Prabowo 

Dengarkan artikel berikut Acara pembekalan para calon menteri yang dilakukan Presiden Terpilih, Prabowo Subianto jadi sorotan publik. Kira-kira apa motif di baliknya?  PinterPolitik.com  Dalam dunia pendidikan, kegiatan...

Perang Bharatayuddha Jokowi vs Megawati

Pemanggilan sosok-sosok calon menteri dan calon wakil menteri untuk kabinet Prabowo-Gibran dalam 3 hari terakhir jadi pemandangan terbaru pertarungan di level elite.

Siasat Rahasia Prabowo-Sri Mulyani?

Tentu terdapat alasan teknis, praktis, dan politis di balik penunjukkan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan dalam kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Menariknya, kalkulasi sokongan eksternal eksis yang membuat daya tawar Sri Mulyani cukup berharga bagi pemerintahan Prabowo.

Pramono dan Candu Dinasti Politik

Politik dinasti bisa membawa efek candu yang berbahaya. Bagaimana kaitannya dengan Pramono Anung yang kini jadi calon gubernur Jakarta 2024?

Ironi Lumpuhnya Pasukan Perdamaian PBB

Israel yang mengusik dan melukai prajurit TNI dalam misi Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Lebanon seolah menguak hipotesa bahwa terdapat kelumpuhan sistematis di balik eksistensi para serdadu gabungan negara-negara yang sesungguhnya mulia tersebut.

Arti Kesetiaan Politik: Jokowi vs Prabowo

Dalam politik, nilai kesetiaan mempengaruhi manuver politik. Bagaimana kesetiaan politik dalam kaitannya dengan Jokowi dan Prabowo Subianto?

Luhut ke Mana?

Tumben nih Pak Luhut diem ajaa #LuhutBinsarPandjaitan #LuhutPandjaitan #Jokowi #GibranRakabumingRaka #fufufafa #pinterpolitik #infografis #politikindonesia #beritapolitik #beritapolitikterkini  

PDIP Gabung Prabowo, Breeze atau Hurricane? 

Sinyal bergabungnya PDIP ke koalisi pemerintahan baru tampak semakin kuat. Akankah ini melahirkan guncangan baru bagi koalisi tersebut? 

More Stories

Pramono dan Candu Dinasti Politik

Politik dinasti bisa membawa efek candu yang berbahaya. Bagaimana kaitannya dengan Pramono Anung yang kini jadi calon gubernur Jakarta 2024?

Arti Kesetiaan Politik: Jokowi vs Prabowo

Dalam politik, nilai kesetiaan mempengaruhi manuver politik. Bagaimana kesetiaan politik dalam kaitannya dengan Jokowi dan Prabowo Subianto?

Dharma Pongrekun vs ‘Elite Global’

Dharma Pongrekun singgung soal elite asing terkait pandemi Covid-19 dalam Debat Pilkada) Jakarta 2024. Mengapa konspirasi bisa begitu diyakini?