HomeNalar PolitikTrump dan Bayangan Kelam Kaisar Palpatine 

Trump dan Bayangan Kelam Kaisar Palpatine 

Percobaan penembakan yang melibatkan kandidat Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump (13/7/2024), masih menyisakan beberapa pertanyaan besar. Salah satunya analisis dampaknya ke pemerintahan Trump jika nantinya ia terpilih jadi presiden. Analogi Kaisar Palpatine dari seri film Star Wars masuk jadi salah satu hipotesisnya. 


PinterPolitik.com 

Calon presiden (capres) Amerika Serikat (AS), Donald Trump, beberapa hari terakhir menjadi headline pemberitaan. Hal ini tentunya karena berita menghebohkan mengenai dugaan upaya pembunuhan yang dilakukan seseorang bernama Thomas Matthew Crooks. 

Ketika Trump sedang berbicara di sebuah acara kampanye di dekat Butler, Pennsylvania, Crooks menembak Trump dari atap gedung terdekat menggunakan senapan AR-15. Sayangnya, seorang penonton bernama Corey Comperatore meninggal dan dua penonton lainnya terluka parah sebelum pelaku ditembak mati oleh tim penembak jitu Secret Service. 

Namun, perbincangan mengenai upaya pembunuhan Trump tentu tidak berhenti di situ. Di media sosial, kita bisa menemukan obrolan menarik terkait dampak politik penembakan Trump, contohnya adalah bagaimana hal tersebut akan memiliki efek jangka panjang ke dalam pemerintahan Trump jika ia terpilih nanti. 

Dan terkait hal itu, mulai muncul pula asumsi menarik yang melihat bahwa Trump berpotensi akan mengalami alur cerita yang dilalui salah satu tokoh sentral dalam seri film Star Wars, yakni Darth Sidious atau Kaisar Palpatine. Pandangan tersebut salah satunya diungkapkan sebuah kanal YouTube bernama TM Productions. 

Kendati hal tersebut hanyalah spekulasi belaka, memprediksi dampak politik penembakan Trump tidak dipungkiri memanglah menarik. Lantas, mungkinkah Trump mengulangi cerita Darth Sidious? 

image 4

Trump dan Darth Sidious 

Untuk yang belum pernah menonton Star Wars Episode III – Revenge of the Sith, di dalam film tersebut diceritakan bahwa ada seorang politisi populer bernama Palpatine. Di mata masyarakat galaksi, Palpatine dikenal sebagai politisi yang begitu digemari karena membawa ide-ide populis.  

Baca juga :  Kacau! Elon-Trump Kampanye AI Deepfake

Namun, di balik itu semua, Palpatine sebetulnya menyimpan julukan asli “Darth Sidious” dan adalah seseorang yang punya pandangan politik radikal, yakni ingin merubah sistem politik galaksi dari republik menjadi kekaisaran. Karena Palpatine sadar bahwa ide radikalnya ini mungkin sulit diterima banyak orang, ia akhirnya merekayasa upaya pembunuhan terhadap dirinya untuk dijadikan justifikasi akan sebuah perubahan yang radikal. 

Salah satu strategi utamanya adalah memanipulasi sebuah kelompok yang disebut “Jedi” untuk melakukan pembunuhan, dan setelah upaya tersebut gagal, ia menggunakan simpati publik untuk mendapatkan kekuasaan absolut. Dengan mengeksploitasi ancaman eksternal yang diciptakannya, Sidious pada akhirnya berhasil mengubah Republik Galaktik menjadi Kekaisaran Galaktik, dengan dirinya sebagai Kaisar yang otoriter. 

Di dalam politik, manuver strategis yang dilakukan Palpatine kerap diasosiasikan dengan sebuah teori yang disebut “teori manajemen krisis”. Naomi Klein, dalam bukunya The Shock Doctrine, menjelaskan bagaimana krisis sering digunakan oleh pemerintah untuk memberlakukan kebijakan yang tidak populer atau memperluas kekuasaan mereka. Dalam kasus Palpatine, kalkulasinya sangat cerdas berhasil mengandalkan krisis upaya pembunuhannya untuk kepentingan politik. 

Teori ini pun secara spekulatif dapat diterapkan pada upaya pembunuhan Trump. Dari kacamata spekulasi politik, insiden penembakannya dapat dimanfaatkan untuk memobilisasi dukungan, menciptakan narasi “kami melawan mereka,” dan membenarkan tindakan yang lebih “keras dengan dalih menjaga keamanan dan stabilitas. 

Dari perspektif psikologis, insiden kekerasan dan ancaman terhadap pemimpin sendiri rawan digunakan untuk memanipulasi emosi publik. Menurut teori psikologi sosial, ketakutan dan ketidakamanan dapat membuat masyarakat lebih cenderung mendukung tindakan ekstrem yang dianggap dapat memberikan perlindungan.  

Dalam kasus Sidious, ancaman dari Jedi dan separatisme digunakan untuk menciptakan ketakutan yang cukup besar sehingga rakyat mendukung pembentukan Kekaisaran. Jika kita mengaitkan pandangan ini ke insiden penembakan terhadap Trump, yang sekali lagi dari kacamata spekulasi politik, maka insiden ini bisa dimanfaatkan untuk menggalang dukungan untuk menciptakan keteraturan yang lebih keras, dengan memposisikan dirinya sebagai satu-satunya sosok yang mampu melawan ancaman terhadap Amerika. 

Baca juga :  Sekuat apa PDIP "Cengkram" Anies?

Namun, apakah kita bisa benar-benar menggunakan pandangan ini untuk melihat prospek kepemimpinan Trump nantinya jika ia terpilih? 

image 5

Fungsionalitas Fiksi dalam Kenyataan Politik 

Meskipun terdapat perbedaan signifikan antara fiksi Star Wars dan dunia nyata, khususnya terkait kasus penembakan Trump, pola-pola manipulasi kekuasaan dan penggunaan krisis untuk keuntungan politik tetaplah relevan. Bagaimanapun juga, di dalam politik, segala peristiwa akan tetap akan memiliki dampak politiknya.  

Pemimpin yang cerdik dalam politik pun secara alamiah mampu melihat momen krisis untuk memperkuat pengaruh mereka, terlepas dari apakah insiden yang terjadi merupakan sebuah desain politik atau bukan.  

Berkaitan dengan itu, paralel antara upaya pembunuhan terhadap Donald Trump dan kebangkitan Kaisar Palpatine dalam seri film Star Wars mampu memperlihatkan kepada kita bagaimana sebuah krisis dapat dimanipulasi untuk keuntungan politik.  

Dengan memahami strategi manipulasi yang digunakan oleh pemimpin dalam fiksi dan dunia nyata, kita dapat lebih kritis dalam mengevaluasi peristiwa politik dan motivasi di baliknya. Ini mengajarkan kita untuk selalu waspada terhadap upaya pemimpin yang mungkin menggunakan krisis untuk memperluas kekuasaan mereka, baik dalam konteks fiksi ilmiah maupun realitas politik modern. 

Namun, perlu diingat bahwa pembahasan kita ini hanyalah sebuah eksperimen pemikiran dan tidak bisa dianggap sebagai prediksi atau klaim tentang apa yang akan terjadi. Inti dari obrolan ini adalah untuk mendorong pemikiran kritis terhadap berbagai insiden politik di sekitar kita. (D74) 

spot_imgspot_img

#Trending Article

Ini Aktor di Balik “Fufufafa” Gibran?

Media sosial dibuat ramai oleh posting-an lama akun bernama Fufufafa. Sejumlah posts bahkan menjelekkan Prabowo Subianto dan keluarganya.

Digerogoti Kasus, Jokowi Seperti Pompey?

Mendekati akhir jabatannya, sejumlah masalah mulai menggerogoti Presiden Joko Widodo (Jokowi). Apakah ini artinya dukungan elite kepadanya mulai melemah?

Titip Salam dari Mega ke Prabowo: Menuju Koalisi?

Seiring dengan “audisi” menteri yang dilakukan oleh Prabowo Subianto untuk kementerian di pemerintahannya, muncul narasi bahwa komunikasi tengah terjalin antara ketum Gerindra itu dengan Megawati Soekarnoputri.

Menuju Dual Power Jokowi vs Prabowo

Relasi Jokowi dan Prabowo diprediksi akan menjadi warna utama politik dalam beberapa bulan ke depan, setidaknya di sisa masa jabatan periode ini.

Jokowi Dukung Pramono?

Impresi ketertinggalan narasi dan start Ridwan Kamil-Suswono meski didukung oleh koalisi raksasa KIM Plus menimbulkan tanya tersendiri. Salah satu yang menarik adalah interpretasi bahwa di balik tarik menarik kepentingan yang eksis, Pramono Anung boleh jadi berperan sebagai “Nokia”-nya Jokowi dan PDIP.

Trump atau Kamala, Siapa Teman Prabowo?

Antara Donald Trump dan Kamala Harris, siapa lebih untungkan Prabowo dalam menentukan arah kebijakan luar negeri Indonesia di masa depan?

RK-Jakmania dan Dekonstruksi Away Day

Dengarkan artikel ini: Audio ini dibuat menggunakan AI. Skeptisisme dan keraguan tertuju kepada Ridwan Kamil (RK) yang dianggap tak diuntungkan kala berbicara diskursus Jakmania dan Persija...

Apa Alasan Militer Tiongkok Melesat?

Beberapa tahun terakhir militer Tiongkok berhasil berkembang pesat, mereka bahkan bisa ciptakan kapal induk sendiri. Apa kunci kesuksesannya?

More Stories

Digerogoti Kasus, Jokowi Seperti Pompey?

Mendekati akhir jabatannya, sejumlah masalah mulai menggerogoti Presiden Joko Widodo (Jokowi). Apakah ini artinya dukungan elite kepadanya mulai melemah?

Apa Alasan Militer Tiongkok Melesat?

Beberapa tahun terakhir militer Tiongkok berhasil berkembang pesat, mereka bahkan bisa ciptakan kapal induk sendiri. Apa kunci kesuksesannya?

Mengapa Tiongkok Belum Gantikan AS?

Tiongkok sering diagadangkan akan menjadi negara adidaya baru pengganti Amerika Serikat (AS), tapi apakah Tiongkok sanggup?