Mata uang rupiah ditutup melemah pada perdagangan hari Jumat (18/8) ini. Pelemahan rupiah ini dibayangi kemungkinan sikap hawkish The Fed menyusul data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan penurunan angka pengangguran.
Rupiah ditutup melemah 8,5 poin atau 0,06 persen ke angka Rp15.290 per dolar AS. Sementara, indeks dolar AS itu sendiri ke angka 103,30 atau melemah 0,16 persen.
Ibrahim Assuaibi, Direktur Laba Forexindo Berjangka mengatakan data tenaga kerja AS yang dirilis kamis kemarin membuat potensi The Fed untuk menaikkan kembali suku bunga.
Data Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan permohonan tunjangan pengangguran turun 11.000 menjadi 239.000 dari 250.000 di pekan sebelumnya.
Setelah laporan itu, dolar AS berada diantara keuntungan dan kerugian sebelum dipengaruhi oleh lonjakan hasil imbalan obligasi AS.
Kenaikan suku bunga AS ini merupakan pertanda buruk bagi pasar Asia, karena kesenjangan antara imbal hasil berisiko dan berisiko rendah menyempit.
Setelah petunjuk dari Presiden Christine Lagarde, Bank Sentral Eropa kemungkinan akan menghentikan kenaikan suku bunga lebih dari setahun.
Sementara itu, Ibrahim menilai proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun depan yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Penyampaian Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2024 sebesar 5,2 persen bertentangan dengan proyeksi berbagai lembaga internasional.
Berbagai lembaga internasional itu memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh di level 5 persen. (S83)