HomeHeadlineKocok Ulang, Cak Imin Jadi Cawapres Anies?

Kocok Ulang, Cak Imin Jadi Cawapres Anies?

Cukup mengejutkan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) justru disebut masuk radar cawapres Ganjar Pranowo oleh Puan Maharani. Apakah ini sinyal kandasnya pencapresan Anies Baswedan? Atau justru, ini momentum emas Muhaimin Iskandar alias Cak Imin?


PinterPolitik.com

“Idealism without pragmatism is impotent.” – Richard M. Nixon

Bagi yang menikmati studi hubungan internasional (HI), pasti familiar dengan istilah hard power dan soft power. Menariknya, dua pendekatan itu tidak hanya ditemukan di hubungan antar negara, melainkan juga hubungan politik domestik. Salah satunya adalah upaya merongrong Koalisi Perubahan untuk Persatuan, atau kita singkat saja Koalisi Perubahan.

Strategi hard power terlihat digunakan terhadap Partai NasDem. Menurut laporan Tempo yang berjudul Panas Surya Terbakar Istana, setidaknya terdapat tiga bisnis Surya Paloh yang terganggu setelah deklarasi Anies. Itu telah diulas dalam artikel PinterPolitik yang berjudul Pilpres 2024 Hampir Pasti Ganjar vs Prabowo?.

Dua menteri NasDem juga kini dihantam kasus korupsi. Johnny G. Plate sudah ditetapkan menjadi tersangka di kasus korupsi proyek menara BTS 4G Kemenkominfo. Sedangkan Syahrul Yasin Limpo diusulkan jadi tersangka di kasus dugaan penyalahgunaan Surat Pertanggungjawaban (SPJ) dan gratifikasi di Kementerian Pertanian.

Jika strategi hard power alias pendekatan berbasis kekerasaan digunakan terhadap Partai NasDem, strategi soft power atau berbasis persuasi digunakan terhadap Partai Demokrat.

Yup, kita semua mengetahui bahwa Puan Maharani menyebut Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) masuk ke dalam daftar cawapres Ganjar Pranowo.

Mengingat riwayat ketegangan hubungan PDIP dan Demokrat, masuknya nama AHY tentu menggemparkan. Politikus senior PDIP Panda Nababan dalam bukunya Panda Nababan Lahir Sebagai Petarung: Sebuah Otobiografi menjelaskan bahwa keretakan itu bermula ketika Megawati Soekarnoputri merasa dibohongi oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Baca juga :  Menguji "Otot Politik" Andika Perkasa

Ketika ditanya Mega apakah akan maju di Pilpres 2004, SBY menjawab “tidak maju”. Panda menjelaskan kejadian itu dalam sub-judul bukunya yang berjudul SBY Dianggap Berbohong.

cak imin banding setir ke anies 01

Dua Mata Pisau PDIP

Terdapat tiga analisis yang dapat dibangun dari masuknya nama AHY. Analisis pertama, sebagaimana diungkap berbagai pihak, besar kemungkinan PDIP tengah menggoda Demokrat untuk meninggalkan Koalisi Perubahan.

Namun, bukankah seharusnya Demokrat sadar bahwa peluang AHY untuk menjadi cawapres Ganjar terbilang kecil?

Well, bagaimana jika tawaran PDIP adalah kursi menteri? Dengan tidak pastinya pencapresan Anies dan peluang dihantam sana-sini, bukan tidak mungkin Demokrat mengambil langkah pragmatis dengan bergabung di kubu PDIP.

Selain memperbaiki hubungan yang retak selama puluhan tahun, Demokrat dapat kembali menikmati kursi empuk Istana. 

Analisis kedua, tawaran PDIP dapat dibaca sebagai sebuah blunder. Pasalnya, itu dapat dimanfaatkan oleh Demokrat untuk menaikkan daya tawar dan menggertak Koalisi Perubahan untuk memilih AHY sebagai cawapres Anies.

Dalam artikel PinterPolitik yang berjudul SBY Gertak Koalisi Perubahan?, telah dijabarkan bahwa gertakan politik (political bluffing) sebelumnya terlihat dilakukan ketika SBY melakukan pertemuan dengan Prabowo Subianto. Seolah Demokrat hendak memberi pesan bahwa mereka bisa saja bergabung ke poros Gerindra.

Singkatnya, dengan Puan menyebut nama AHY, itu justru dapat memperkuat Koalisi Perubahan. Dalam artian, Demokrat dapat lebih mengunci posisi cawapres Anies. Seperti dalam dalil zero-sum game, keuntungan satu pihak adalah kerugian bagi pihak lainnya.

cak imin banding setir ke anies 02

Momentum Emas Cak Imin?

Bangunan analisis ketiga adalah yang paling menarik. Katakanlah Demokrat tergoda dan keluar dari Koalisi Perubahan, ini adalah momentum emas untuk PKB dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.

Ada tiga alasan di balik kesimpulan itu. Pertama, peluang Cak Imin menjadi cawapres Prabowo terlihat tidak besar. Tidak hanya soal elektabilitas yang rendah, belakangan Cak Imin sendiri menyebut Erick Thohir tengah dibahas untuk mendampingi Prabowo.

Baca juga :  Rebut-Rebut Menteri PU!

“Sudah dari dulu (nama Erick dibahas), enam bulan lalu maju ke Pak Prabowo,” kata Cak Imin pada 11 Juni 2023.

Kedua, jika Demokrat keluar, Koalisi Perubahan akan gugur karena tidak memenuhi ambang batas 115 kursi DPR. Oleh karenanya, PKB dapat menutup lubang yang ditinggalkan Demokrat. NasDem (59) + PKS (50) + PKB (58) = 167 kursi DPR.

Ketiga, Cak Imin adalah sosok yang dibutuhkan Anies. Seperti diungkap Waketum NasDem Ahmad Ali, Anies lemah di beberapa provinsi, khususnya di Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim). Dengan Jateng merupakan kandang PDIP, pilihan Anies adalah sosok yang kuat di Jatim.

Nah, Jatim merupakan basis suara terbesar PKB. Pada Pemilu 2019, PKB memperoleh 4.198.551 suara di Jatim, hanya dilewati oleh PDIP dengan 4.319.666 suara. Dengan total meraih 13.570.097 suara, sepertiga suara PKB disumbang oleh satu provinsi, yakni Jawa Timur.

Selain itu, Cak Imin juga memiliki jaringan yang kuat di Nahdlatul Ulama (NU). Kendati terlibat ketegangan dengan NU struktural, Cak Imin mendapat banyak simpati dari NU kultural. Cak Imin membangun jaringan dengan kiai-kiai NU di daerah, khususnya di Jateng dan Jatim.

Well, singkatnya, situasi Koalisi Perubahan yang semakin tidak jelas akibat “godaan” PDIP dapat menjadi peluang emas bagi PKB dan Cak Imin. Kebutuhan atas parpol koalisi dan cawapres yang kuat di Jatim adalah daya tawar Cak Imin untuk menjadi cawapres Anies Baswedan.

Sekalipun bukan Cak Imin, PKB dapat menawarkan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Kita lihat saja kelanjutannya. (R53)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Kok Megawati Gak Turun Gunung?

Ketua Umum (Ketum) PDIP, Megawati Soekarnoputri hingga kini belum terlihat ikut langsung dalam kampanye Pilkada. Kira-kira apa alasannya? 

Berani Prabowo Buka Pandora Papers Airlangga?

Ramai-ramai bicara soal kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) 12 persen yang disertai dengan protes di media sosial, tiba-tiba juga ramai pula banyak akun men-share kembali kasus lama soal nama dua pejabat publik – Airlangga Hartarto dan Luhut Pandjaitan – yang di tahun 2021 lalu disebut dalam Pandora Papers.

“Sekolam” Ahok, Kesaktian Anies Luntur?

Keputusan Anies Baswedan meng-endorse Pramono Anung-Rano Karno di Pilkada Jakarta 2024 memantik interpretasi akan implikasi politiknya. Utamanya karena Anies pada akhirnya satu gerbong dengan eks rivalnya di 2017 yakni Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan PDIP serta tendensi politik dinasti di dalamnya, termasuk yang terjadi pada Pramono.

Siasat Prabowo Akui Sengketa LCS

Pemerintahan Prabowo disorot karena ‘akui’ klaim tumpang tindih LCS dalam joint statement Tiongkok. Mungkinkah ada siasat strategis di baliknya?

Rahasia Triumvirat Teddy, AHY, dan Hegseth?

Terdapat kesamaan administrasi Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump dengan Presiden Prabowo Subianto, yakni mempercayakan posisi strategis kepada sosok berpangkat mayor. Kiranya, terdapat rahasia tertentu di balik kesamaan itu yang dapat mendukung support dalam dimensi tertentu ke pemerintahan masing-masing. Mengapa demikian?

Anies Di-summon PKS!

Ahmad Syaikhu in a battle against Dedi be like, “I summon Anies Baswedan!”  #Anies #AniesBaswedan #PilkadaJawaBarat #AhmadSyaikhu #IlhamHabibie #PKS #pinterpolitik #infografis #politikindonesia #beritapolitik #beritapolitikterkini

Betulkah Jokowi Melemah? 

Belakangan mulai muncul pandangan bahwa pengaruh politik Jokowi kian melemah, hal tersebut seringnya diatribusikan dengan perkembangan berita judi online yang kerap dikaitkan dengan Budi Arie, dan kabar penangguhan jabatan doktor Bahlil Lahadalia, dua orang yang memang dulu disebut dekat dengan Jokowi. Tapi, apakah betul Jokowi sudah melemah pengaruhnya? 

Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?

Dua negara menjadi tujuan utama Prabowo saat melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya pasca dilantik sebagai presiden: Tiongkok dan Amerika Serikat.

More Stories

Ganjar Kena Karma Kritik Jokowi?

Dalam survei terbaru Indonesia Political Opinion, elektabilitas Ganjar-Mahfud justru menempati posisi ketiga. Apakah itu karma Ganjar karena mengkritik Jokowi? PinterPolitik.com Pada awalnya Ganjar Pranowo digadang-gadang sebagai...

Anies-Muhaimin Terjebak Ilusi Kampanye?

Di hampir semua rilis survei, duet Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar selalu menempati posisi ketiga. Menanggapi survei yang ada, Anies dan Muhaimin merespons optimis...

Kenapa Jokowi Belum Copot Budi Gunawan?

Hubungan dekat Budi Gunawan (BG) dengan Megawati Soekarnoputri disinyalir menjadi alasan kuatnya isu pencopotan BG sebagai Kepala BIN. Lantas, kenapa sampai sekarang Presiden Jokowi...