World Economic Forum (WEF) dalam laporan berjudul The Global Risks Report 2023 menyebut akan ada 14 juta pekerjaan yang hilang dari semua industri dalam 5 tahun mendatang.
Dari angka tersebut, industri yang akan paling banyak mengalami perubahan peran pekerjaan adalah industri media sebesar 32 persen. Disusul industri IT serta pemerintahan sebanyak 29 persen.
Semua itu mereka nilai adalah dampak langsung dari semakin berpengaruhnya peran artificial intelligence (AI) dalam dunia pekerjaan.
Jean Vilbert dalam tulisannya Technology Creates More Jobs Than It Destroys, menyebutkan, walaupun memang benar perkembangan teknologi akan mengikis pekerjaan yang ada secara sedikit demi sedikit, tapi dampak teknologi dalam menciptakan pekerjaan baru selalu lebih besar.
Guy Michaels dalam tulisannya Robots at Work mengungkapkan belum cukup banyak studi empiris yang bisa membuktikan gagasan bahwa otomatisasi akan menyebabkan meluasnya pengangguran.
Ed Day, sosiolog dari Chapman University, menilai fenomena technophobia ini bisa terjadi karena “ulah” naluri dasar manusia.
Meski kita adalah spesies yang kerap berinovasi, manusia akan selalu menaruh rasa curiga yang tinggi pada sesuatu yang baru, terlebih lagi bila sesuatu tersebut memiliki potensi tidak hanya berfungsi sebagai sesuatu yang baik, tapi bisa juga jadi sesuatu yang berbahaya.
Baca selengkapnya artikel “ChatGPT dan Ancaman Technophobia” di website PinterPolitik.com