Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengunggah cuitan mengenai progress proyek normalisasi Sungai Ciliwung di Jakarta yang sempat terhenti lama. Apakah Jokowi sedang menyindir hasil kinerja mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan?
“Wise men speak because they have something to say; fools because they have to say something” – Plato
Ada yang ingat dengan permainan tebak kata yang sempat ramai beberapa waktu lalu? Permainan kata Wordle menjadi sensasi pada tahun 2022.
Pada permainan ini, kita diminta untuk menebak satu kata yang terdiri dari lima huruf tiap harinya tanpa petunjuk apapun. Kata itu akan menjadi semacam word of the day.
Warganet terlihat berbondong-bondong membagikan skor Wordle mereka hari itu di akun media sosial Twitter. Hmm, sepertinya, masyarakat Indonesia suka dengan permainan kata-kata ya?
Tampaknya, permainan kata juga digemari oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Selama kepemimpinannya di DKI Jakarta, Anies dinilai pandai bermain kata-kata.
Sebagai contoh, ada program Rumah DP Nol yang berganti nama menjadi Solusi Rumah Warga (Samawa). Program OK-OCE juga berganti nama menjadi JakPreneur.
Ada pula kebijakan mengganti nama puluhan jalan di Jakarta. Juga ada program naturalisasi sungai untuk penanggulangan banjir.
Belakangan, persoalan program naturalisasi sungai milik Anies Baswedan kembali muncul. Padahal, isu ini merupakan isu lama. Kok bisa ya?
Menurut Saqib Riaz dalam tulisannya Effects of New Media in Political Communication, revolusi media dan teknologi telah menggeser pola komunikasi politik. Saat ini, komunikasi politik dilakukan melalui media baru – biasa kita kenal dengan sebutan internet.
Penggunaan media sosial untuk menyebarluaskan pesan politik adalah praktik yang lazim di tengah revolusi media dan teknologi ini. Hal inilah yang menyebabkan isu naturalisasi sungai kembali muncul ke permukaan.
Pada 21 Februari 2023, akun Twitter resmi Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengunggah dua cuitan mengenai proyek normalisasi Sungai Ciliwung. Meskipun singkat, cuitan Jokowi ini sarat makna lho.
Pada cuitan pertama, Jokowi menyinggung bahwa proyek ini terhenti cukup lama. Sekarang, proyek dilanjutkan kembali dengan target selesai pada 2024. Selain itu, Jokowi juga menjanjikan proyek normalisasi pada 12 sungai lainnya di Jakarta.
Pada cuitan kedua, Jokowi menuliskan bahwa konstruksi sudah dapat mulai di titik yang sudah dibebaskan. Jokowi juga menyoroti pentingnya normalisasi sungai untuk mengurangi banjir di Jakarta.
Dua cuitan singkat ini menjadi pemicu munculnya pertanyaan sederhana: jika normalisasi vital untuk kurangi banjir, kenapa proyeknya mandeg? Dari sini, masyarakat mengorek kembali persoalan program naturalisasi vs normalisasi.
Pasalnya, program naturalisasi milik Anies mendapatkan banyak kritikan. Menurut survei Populi Center, program ini termasuk ke dalam 12 program Anies dengan tingkat kepuasan buruk.
Program naturalisasi sungai juga dikritik karena dianggap hanya berfungsi untuk mempercantik tampilan sungai tanpa infrastruktur nyata untuk menanggulangi banjir. Lebih ekstrem, ada yang beranggapan bahwa naturalisasi sungai hanyalah antitesis dari program normalisasi sungai yang dijalankan oleh gubernur sebelumnya, Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok.
Terlepas dari perdebatan antara naturalisasi dan normalisasi sungai, cuitan-cuitan singkat Jokowi berhasil membuka kembali luka lama Anies Baswedan saat masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Dua cuitan singkat ini membawa dua pesan politik penting. Pertama adalah sebagai pemberitaan progress kinerja pemerintahan Jokowi, terutama menjelang akhir periode kepemimpinannya. Kedua adalah sebagai pesan politik yang menyenggol kubu sebelah, yakni Anies Baswedan yang saat ini tengah menjadi bakal calon presiden tahun 2024.
Sepertinya, bukan hanya Pak Anies, nih, yang jago bermain dengan kata-kata. Hmm, atau jangan-jangan, Pak Jokowi memang juga lihai bersilat lidah ketimbang Pak Anies? (A89)