“Pemecatan Suharso ini juga akan berdampak serius pada soliditas Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Bisa jadi, kepemimpinan baru PPP pengganti Suharso akan mengoreksi keputusan politik koalisi,” – Ahmad Khoirul Umam, Direktur Eksekutif Indostrategic
Amplop kiai rupanya “sakti mandraguna”. Tidak hanya membuat internal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) gempar, tapi juga dianggap mampu menumbangkan Suharso Monoarfa dari kursi Ketua Umum PPP.
Sedikit memberikan konteks, tumbangnya Suharso berawal dari pernyataan terkait amplop kiai yang sulit ditolerir karena telah terlanjur dimaknai sebagai bentuk penghinaan terhadap kiai-kiai pesantren.
Di sisi lain, Suharso masih terlihat melakukan upaya-upaya untuk fight back, meskipun akan percuma karena telah keluar Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM bernomor M.HH-26.AH.11.02 Tahun 2022.
Dalam surat yang ditandatangani oleh Menkumham Yasonna H. Laoly itu, telah mengesahkan Muhammad Mardiono sebagai pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum PPP.
Nah, muncul pertanyaan, apakah dengan ketua umum baru ini akan merubah arah politik PPP, dalam konteks keikutsertaannya pada Koalisi Indonesia Bersatu (KIB)?
Merespons hal tersebut, Direktur Eksekutif Indostrategic Ahmad Khoirul Umam, meramalkan bahwa kepemimpinan baru pengganti Suharso dinilai bisa mengubah sikap berkoalisi PPP dengan KIB.
Umam menilai posisi PPP yang seolah hanya dianggap sebagai pelengkap dari dua partai lain, yakni Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN), membuat pimpinan baru berpikir untuk mencari koalisi lain.
Apalagi sudah terlihat indikasi ke arah sana. Mardiono dinilai mempunyai kebijakan dan kepentingan yang baru, yaitu ingin membenahi suara dan mendekatkan diri ke konstituen PPP.
Btw, apa yang dilakukan oleh Mardiono ini seolah ingin menjawab kritik kepada PPP selama ini. PPP dianggap mempunyai gap antara basis pemilih partai dengan dukungan elite partai terhadap pasangan capres.
Jika dipikir-pikir, alur cerita lengsernya Suharso dari singgasana PPP dapat dianggap sebagai sebuah nexus event yang akan membuat kemungkinan-kemungkinan lain tercipta, salah satunya keluarnya PPP dari KIB.
Sedikit memberikan penjelasan, nexus adalah peristiwa yang terjadi akibat aksi melenceng sebuah peristiwa yang tidak direncanakan. Lebih dari itu, dalam film-film Marvel, nexus dianggap dapat mengakibatkan garis waktu yang aslinya lurus jadi bercabang.
Bahayanya, jika nexus terlalu lama dibiarkan, maka ia akan menciptakan rentetan nexus lainnya yang berujung pada kekacauan, dan puncaknya, kekacauan itu bisa memicu perpecahan atau dalam istilah Marvel disebut “Multiverse War”.
Bayangkan jika tanpa PPP, KIB dapat bubar karena kekurangan kursi untuk mengantarkan calon presiden di 2024. Tanpa Suharso, PPP juga sulit selekat dulu dengan KIB.
Dalam konteks ilmu sosial, peristiwa semacam ini disebut dengan butterfly effect atau efek kupu-kupu. Teori ini menjelaskan tentang kekacauan yang dapat terjadi karena adanya perubahan kecil yang terjadi di suatu tempat, namun berpengaruh besar hingga ke tempat lain.
Istilah ini diperkenalkan oleh Edward Norton Lorenz, yang mendasarkan pengamatannya tentang efek yang ditimbulkan oleh kepakan pada sayap kupu-kupu.
Hmm, bisa kebayang sih betapa sibuknya Golkar dan PAN harus menjaga agar PPP tetap berada dalam barisan KIB. Bahkan, sejak awal dibentuk, isu penggembosan KIB sudah marak jadi bahan perbincangan politik loh.
Nah, ini kan kemungkinan terburuk dari nexus event tumbangnya Suharso, mungkin bisa jadi yang terjadi bisa sebaliknya. Siapa yang tahu kan? Hehehe. (I76)