“Sayang saja ada peninggalan cagar budaya dan kawasan Kota Tua dirusak hanya mau menyenangkan konstituen”. – Basuki Tjahaja Purnama
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok memang masih menjadi magnet pemberitaan. Bukan tanpa alasan, doi populer sebagai salah satu kandidat utama yang bersaing di Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu, sebelum akhirnya harus tersandung kasus penistaan agama.
Kalau dalam bahasa digital marketing, Ahok itu click bait alias mengundang klik. Mulai dari kehidupan pribadinya, spekulasi tentang karier politiknya, hingga posisinya yang kini duduk sebagai salah satu petinggi di BUMN paling terkemuka: Pertamina.
Kinerjanya saat masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta juga kerap dibanding-bandingkan dengan penerusnya yang berkuasa saat ini, Anies Baswedan. Ibaratnya dua anak perempuan dalam keluarga, akan selalu saja ada yang membanding-bandingkan keduanya.
Mana yang lebih cantik, mana yang lebih pandai, mana yang lebih baik hati, dan lain sebagainya. Kira-kira seperti itulah gambarannya.
Publik – khususnya warga DKI Jakarta – akan selalu melihat konteks perbandingan tersebut sebagai semacam “keharusan”. Bukannya gimana-gimana ya, mereka merasa punya benchmark atau patokan terkait kinerja.
Nah, yang terbaru, publik membandingkan bagaimana Ahok dan Anies menangani persoalan Kampung Akuarium. Buat yang belum tahu, Pak Ahok dulu sempat memerintahkan penggusuran wilayah ini karena menjadi bagian dari cagar budaya yang akan direstorasi. Sementara, saat kampanye Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu Anies memang berjanji tak akan menggusur wilayah tersebut, melainkan akan membangunnya.
Padahal, menurut Ahok ada peraturan daerah yang “melarang” agar wilayah itu tak dijadikan pemukiman karena masuk dalam zona merah akibat statusnya yang ada cagar budayanya.
Wih, benturan untuk ratusan kalinya ini mah. Sebelumnya banyak juga yang membenturkan banjir yang terjadi di Jakarta pada Januari 2020 lalu dengan kinerja Anies yang dianggap tak sebaik Ahok.
Terlepas dari esensi kritiknya, yang menarik untuk disorot sebetulnya adalah posisi Ahok yang memang terkesan “selalu dapat panggung” di setiap persoalan yang dihadapi oleh Anies. Bukannya gimana-gimana ya, semakin sering Pak Ahok mengkritik, makin yakin publik bahwa boleh jadi “dendam politik” itu belum akan usai untuk waktu yang lama.
Selain itu, ini juga bisa jadi cara bagi kubu yang berada di belakang Ahok untuk membombardir citra politik Anies. Soalnya mantan Mendikbud itu jadi salah satu tokoh yang diperhitungkan untuk Pilpres 2024 mendatang. Kan jadi makin kentara arahnya akan kemana.
Yang jelas, publik sebenarnya udah jenuh sih dengan pertarungan ini. Yang dibutuhkan masyarakat adalah solusi konkret dari setiap persoalan yang ada. Kalau pemimpin hanya berdiri pada kebijakan berdasar sentimen, maka ruang-ruang diskursus kebijakan akan selalu berakhir pada sentimen. Bukan begitu? (S13)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.