“Politik dan Agama telah kedaluwarsa. Waktunya telah tiba untuk Ilmu Pengetahuan dan Spiritualitas” – Jawaharlal Nehru, negarawan asal India
Serial film Game of Thrones (GoT) yang berangkat dari novel karangan George R.R. Marin benar-benar membuat mimin terbayang-bayang. Pasalnya, mimin ngerasa adegan film tersebut banyak kemiripan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara kita, cuy. Ya, nggak semua tentunya. Masa di kehidupan nyata ada naga? Hehe.
Contoh saja nih yang agak mirip dengan tema yang mimin tulis ini, yakni saat dua kelompok berebut kekuasaan atas wilayah Winterfell. Kelompok Jon Snow vis–a–vis kelompok Ramsay Bolton. Keduanya bertarung hebat guna mendapatkan wilayah tersebut.
John memiliki misi yang mulia, yakni mendapatkan kembali wilayah yang memang merupakan milik klannya. Sementaram Ramsey tentu punya misi mempertahankan wilayah jarahan yang ia kuasai.
Keduanya beradu hebat dalam episode “Battle of Bastards”. Hasilnya sudah bisa ditebak sih, cuy. Jon Snow keluar sebagai pemenang. Selain, karena memang Jon lihai memainkan pedang, juga ada alasan lain nih menurut mimin, yaitu karena Jon didukung oleh keterikatan batin yang kuat antara dia dengan tanah Winterfell. Ya, memang begitu, kalau mau menang, maka harus kuasai medan dulu.
Nah, terus apa nih persamaannya dengan kasus lempar komentar yang baru saja terjadi antara PDIP dengan PKS terkait Sumatera Barat (Sumbar)? Kalau pendapat mimin, kaitannya GoT dengan kasus ini ada pada setting perebutan dan pembacaan kewilayahan sih, gengs.
Lantas, kira-kira apa motif kasus ini? Ya, tentu saja memenangkan simpati untuk kepentingan elektoral.
Kayaknya seru nih perebutan wacananya, ngalahin GoT dah. Tapi, ngomong-ngomong, kalau memang benar statement terkait Sumbar ini ada kecenderungan untuk mencuri perhatian warga, kira-kira PDIP bakal bisa nggak ya menggeser dominasi PKS di sana yang sudah 10 tahun memimpin?
Mimin sih agak ragu ya dengan kekuatan PDIP. Secara, PKS nih benar-benar paham wilayah Sumbar banget, cuy. Sama seperti Jon Snow, PKS berkuasa selama 10 tahun di Sumbar ya sebab ia lekat dengan tanah sana.
Sebagaimana yang sudah masyhur, Sumbar kan punya jargon, “Adat basandi aarak. Sarak basandi Kitabullah.” Nah jargon itu nyatanya lebih dipahami sama PKS kok nyatanya, gengs. Lihat saja bagaimana PKS menampilkan diri sebagai partai Islami di Sumbar.
Ya, tentu saja ia diterima sih. Bandingkan dengan PDIP. Belum apa-apa aja sudah nyentil soal Sumbar yang kata salah satu petinggi partainya, Mbak Puan, seakan belum mendukung negara Pancasila.
Sekarang tinggal lihat saja sih apakah PDIP mau agak melunak atau tidak. Selama PDIP masih kaku, tampaknya PKS tetap saja sulit digoyang.
Bahkan, kendati PDIP lewat Zuhairi Misrawi menampakkan fakta kegagalan PKS dengan mengatakan bahwa PKS gagal menciptakan masyarakat yang terbuka di Sumbar, ya tetap saja itu semua tidak berbekas.
Lagian, wong ya saat ini masyarakat Sumbar lagi pada emosi akibat pernyataan Mbak Puan, kok malah diredakan dengan cara menyentil partai yang selama 10 tahun merangkul masyarakat Sumbar?
Mendingan sekarang fokus mendamaikan Sumbar yang mulai panas. Soal pertarungan merebut wilayah, besok-besok aja nunggu dekatnya hajatan demokrasi di sana. Sepakat? Sepakat saja deh sama mimin. Hehe. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.